Senin, 08 Maret 2010

HINANYA MEMINTA-MINTA

 "Sesungguhnya mencari kayu bakar dan lalu menjualnya adalah lebih baik daripada meminta-minta yang berarti meletakkan satu noktah hitam di wajahmu pada hari kiamat kelak" (HR Tirmidzi dan Abu Dawud).

Penjelasan:
Hadis ini, secara umum, menjelaskan tentang keutamaan bekerja (apa pun jenis pekerjaan itu) dan buruknya perilaku meminta-minta. Ada sebuah kisah dari Anas bin Malik RA yang menjadi asbabul wurud hadis ini. Suatu ketika datang seorang laki-laki dari kalangan Anshar kepada Rasulullah SAW untuk meminta-minta. Rasul lalu bertanya pada lelaki itu, "Apakah di rumahmu ada sesuatu?" Dia menjawab, "Ya, ada hils (alas duduk) dan bejana untuk minum. Beliau berkata kembali, "Bawalah ke sini benda-benda itu".

Sejenak kemudian laki-laki itu datang dengan membawa hils dan bejana. Kemudian Rasul menawarkan benda-benda tersebut pada para sahabat. Dari hasil penjualan didapatkanlah uang dua dirham. Rasul bersabda, "Satu dirham gunakan untuk membeli makanan dan berikan pada keluargamu. Dan, satu dirham lagi gunakan untuk membeli kapak kemudian datang lagi padaku dengan membawa kapak tersebut".

Setelah itu Rasul mengikatkan sepotong kayu sebagai pegangan kapak dengan tangannya dan bersabda kembali, "Pergi dan carilah kayu bakar lalu juallah. Aku tidak ingin melihatmu selama 15 hari". Dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, lelaki itu datang lagi dengan membawa sepuluh dirham. Uang itu dia belikan pakaian dan makanan. Rasulullah SAW lalu berkata, "Ini lebih baik daripada pergi meminta-minta yang berarti meletakkan satu noktah hitam di wajahmu pada hari kiamat kelak".

Apa hikmah yang dapat kita ambil dari hadis dan kisah ini?

Pertama, sikap seseorang terhadap kerja sangat dipengaruhi oleh pandangannya terhadap apa dan bagaimana kerja tersebut. Kalau ia memandang kerja sebagai aktivitas membosankan atau tidak menarik, maka ia cenderung memandang negatif terhadap kerja. Kalau ia memandang kerja sebagai ungkapan aktualisasi diri, maka ia akan memandang kerja sebagai jihad. Karena itu, untuk membentuk etos kerja Islami pada seseorang, harus diawali dengan perubahan cara pandangnya (paradigma) terhadap kerja.

Kedua, dengan sangat brilian Rasulullah SAW mampu mengubah cara pandang seseorang terhadap kerja. Tatkala lelaki tersebut meminta-minta pada Rasul, beliau tidak langsung memberi, tidak pula langsung memberikan nasihat (wejangan). Rasul berusaha memberdayakan potensi-potensi yang dimiliki orang tersebut dan mengajaknya untuk berperan aktif dalam menyelesaikan persoalannya berupa ketidakmampuan untuk bekerja dengan semestinya. Setelah Rasul memberikan tenggang waktu dan kesempatan pada lelaki tersebut untuk berusaha, barulah ia memberikan wejangan tentang hinanya meminta-minta dan bagaimana caranya seorang Muslim bekerja.

Ketiga, Islam tidak memadang rendah suatu pekerjaan, walau hanya sekadar menjadi pencari kayu bakar. Islam hanya memandang hina pekerjaan yang dilakukan dengan cara salah, merendahkan diri seperti mengemis, ataupun yang merugikan orang lain. Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Jika seseorang di antara kamu sekalian mau mengambil dan membawa seikat kayu bakar di punggungnya dan lalu menjualnya (untuk memperoleh penghasilan), itu akan lebih baik daripada meminta-minta pada orang lain (HR Bukhari). Wallahu a'lam bish-shawab.

Sumber : Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

Daftar Blog Saya

  • BERFIKIRLAH SEBELUM BERBUAT MAKSIAT - Seorang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham rahimahullah, Dia berkata: “Ya Aba Ishaq, aku sering berbuat maksiat. Katakan sesuatu kepadaku sebagai ...
    13 tahun yang lalu
  • - الحمد لله الذى أنزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيراً.. والصلاة والسلام على محمد بن عبد الله، الذى أرسله ربه شاهداً ومبشراً ونذيراً، وداعياً إلى الله...
    14 tahun yang lalu