Sabtu, 26 Juni 2010

Asal Nama "Indonesia"

Oleh: Irfan Anshory *)
Pada zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)" kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.
Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.
Nama Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: ... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!
Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Makna Politis
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.
Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda" untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia.

* )Irfan Anshory, Direktur Pendidikan "Ganesha Operation"
Sumber: Pikiran Rakyat, 16 Agustus 2004

Rabu, 16 Juni 2010

Hadis Nabi saw tentang Keutamaan Bulan Rajab

Doa ketika melihat bulan sabit Rajab
Anas bin Malik berkata bahwa ketika memasuki bulan Rajab Rasulullah saw berdoa: “Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan.”
Hadis ini bersumber: Al-Faqih Abu Muhammad Ismail bin Al-Husein Al-Bukhari dari Al-Imam Abu A’la’, tahun 399 H, dari Ismail bin Ishaq, dari Muhammad bin Abu Bakar, dari Zaidah bin Abi Raqad dari Ziyadah An-Numairi dari Anas bin Malik. (Fadhail Syahr Rajab: 494)
Penetapan Nabi saw tentang bulan Rajab
Ayah dari Ibnu Abi Bakrah salah sahabat Nabi berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya zaman berputar seperti keadaan hari Allah menciptakan langit dan bumi, satu tahun adalah dua belas bulan. Di antara dua belas bulan itu adalah empat bulan mulia, tiga bulan berturut-turut Dzul-Qaidah, Dzul Hijjah dan Muharram, dan bulan Rajab yang berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban …”
Hadis ini bersumber dari: Syeikh Al-Hafizh Ahmad bin Ali Al-Ishfahani, dari Abu Amer Muhammad bin Ahmad dari Abbas Asy-Syaibani, dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dari Ayyub, dari Ibnu Sirin dari Ibnu Abi Bakrah dari ayahnya, ia salah seorang sahabat Nabi saw.
Hadis ini Muttafaq alayh, diriwayatkan oleh Muhammad bin Ismail Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Jami’, dan Muslim bin Hujjaj Al-Qusyairi dalam Musnadnya. Semuanya bersumber dari jalur Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi.
Penamaan bulan Rajab sebagai bulan Allah
Siti Aisyah isteri Nabi saw berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan Allah …”
Hadis ini bersumber dari: Abu Manshur Zhafr bin Muhammad Al-Husaini dari Abu Shaleh Khalaf bin Ismail, dari Makki bin Khalaf, dari Nashr bin Al-Husein dan Ishaq bin Hamzah, dari Isa bin Musa, dari Ubaiz bin Quhair, dari Ghalib bin Abdullah, dari Atha’ dari Siti Aisyah isteri Nabi saw.
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri, dengan mata rantai sanad: Abu Nashir bin Ahmad bin Ali Asy-Syabibi, dari Abul Hasan Muhammad bin Muhammad Al-Karizi, dari Abu Abdillah Muhammad bin Isa An-Naisaburi, dari Muhammad bin Ibrahim dari Al-Husein bin Salamah Al-Wasithi, dari Yahya bin Sahel, dari Isham bin Thaliq, dari Abu Harun Al-Abdi dari Abu Said Al-Khudri. (Fadhail Syahr Rajab: 496)
Hari-hari bulan Rajab tercatat di langit
Abu Said Al-Khudri berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Bulan Rajab adalah bagian dari bulan-bulan yang mulia dan hari-harinya tercatat di pintu-pintu langit yang keenam. Barangsiapa yang berpuasa satu di dalamnya karena dasar takwa kepada Allah, maka pintu langit dan hari itu berkata: Ya Rabbi, ampuniah dia…”
Hadis ini bersumber dari: Abu Muslim Ar-Razi dari Abu Nashr Manshur bin Muhammad bin Ibrahim, dari Tsawab bin Yazid dari Al-Husein bin Musa dari Ishaq bin Raziq, dari Ismail bin Yahya, dari Mas’ar bin Athiyah dari Abu Said Al-Khudri. (Fadhail Syahr Rajab: 497)
Keutamaan mandi sunnah di bulan Rajab
Abu Hurairah berkata bahwa Rasululah saw bersabda:
“Barangsiapa yang menemui bulan Rajab, kemudian ia mandi sunnah pada permulaannya, pertengahannya, dan akhirnya, ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya.”
Hadis ini bersumber dari: Abu Nashr bin Abi Manshur Al-Muqarri, dari ayahnya dari Abu Ja’far Ar-Razi dari Ja’far bih Sahel, dari Mahmud bin Sa’d As-Sa’di, dari Ishaq bin Yahya dari Hafsh bin Umar dari Abban dari Al-Hasan dari Abu Hurairah. (Fadhail Syahr Rajab: 497)
Puasa Nabi saw di bulan Rajab
Abu Hurairah berkata bahwa Rasululah saw bersabda:
“Aku tidak memerintahkan berpuasa di bulan sesudah bulan Ramadhan kecuali di bulan Rajab dan Sya’ban.”
Hadis ini bersumber dari: Ahmad bin Ali bin Ahmad Al-Faqih, dari Abu Amer Muhammad Al-Muqarri dari Ali bin Said Al-Askari, dari Umar bin Syabah An-Numairi, dari Yusuf bin Athiyah dari Hisyam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah.
Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw berpuasa di bulan Rajab, sehingga kami berkata beliau tidak berbuka dan berbuka…
Riwayat ini bersumber dari: Abul Hasan Muhammad bin Al-Husein bin Dawud Al-Hasani, dari Abu Bakar Muhammad bin Ahmad, dari Abu Azhar As-Salithi, dari Muhammad bin Abid dari Usman bin Hakim dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas. (Ibid: 499)
Keutamaan puasa di bulan Rajab
Abdul Aziz bin Said dari ayahnya, salah seorang sahabat Nabi saw, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Bulan Rajab adalah bulan yang agung, di dalamnya kebaikan dilipatgandakan. Barangsiapa yang berpuasa satu hari di dalamnya, maka ia seperti berpuasa satu tahun. Barangsiapa yang berpuasa tujuh hari, maka akan ditutup baginya tujuh pintu neraka. Barangsiapa yang berpuasa delapan hari, maka akan dibukakan baginya delapan pintu surga. Barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari, maka ia tidak memohon sesuatu kecuali Allah memberinya. Barangsiapa yang berpuasa dua puluh lima hari, malaikat memanggil dari langit: Dosa yang lalu telah diampuni, maka mulailah berbuat kebajikan. Dan Barangsiapa yang menambahnya, Allah akan menambah kebaikannya.”
Hadis ini bersumber dari: Abul Qasim Abdul Khaliq bin Ali Al-Muhtasib, dari Abu Muhammad Ali bin Muhtaj Al-Kasyani, dari Abul Hasan Ali bin Abdul Aziz Al-Baghawi, dari Ma’la bin Mahdi dari Usman bin Mathar Asy-Syaibani, dari Abdul Ghafur, dari Abdul Aziz dari ayahnya, dia salah seorang sahabat Nabi saw. (Ibid: 499)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang berpuasa satu hari di akhir bulan bulan Rajab ia akan diselamatkan dari siksaan yang berat saat sakratil maut dan azab kubur. Barangsiapa yang berpuasa dua hari di akhir bulan ini ia akan diselamatkan di shirathal mustaqim. Dan barangsiapa yang berpuasa tiga hari di akhir bulan ini ia akan diselamatkan pada hari kiamat, hari yang sangat menakutkan.” (Mafatihul Jinan, bab 2 Keutamaan bulan Rajab)
Keutamaan puasa tiga hari berturut-turut
Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan mulia hari Kamis, Jum’at dan Sabtu, Allah mencatat baginya sebagai ibadah sembilan ratus tahun.”
Hadis ini bersumber dari: Ali bin Syuja’ bin Muhammad Asy-Syaibani, dari Umar bin bin Ahmad bin Ayyub Al-Baghdadi, dari Al-Husein bin Muhammad bin Ufair Al-Anshari, dari Ya’qub bin Musa Al-Madani, dari Anas bin Malik. (Fadhail Syahr Rajab: 500)
Keutamaan puasa pada hari Bi’tsah
Hari bi’tsah adalah hari Muhammad saw diangkat menjadi seorang nabi.
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa ada hari kedua puluh tujuh bulan Rajab, Allah mencatat baginya sebagai puasa enam bulan. Hari itu adalah hari Jibril turun pada Muhammad saw, awal ia membawa risalah kepadanya.”
Hadis ini bersumber dari: Abu Sa’d As-Sa’di dari Abu Nashr Muhammad bin Thahir Al-Adib, dari Muhammad bin Abdullah dari Habsyun bin Musa, dari Ali bin Said dari Dhamrah bin Rabi’ah dari Ibnu Syudzab dari Mathar Al-Warraq, dari Saher bin Hausyab dari Abu Hurairah. (Fadhail Syahr Rajab: 500)
Masih banyak lagi hadis-hadis yang bersumber dari para sahabat Nabi saw tentang keutamaan bulan Rajab. Adapun yang bersumber dari Ahlul bait Nabi saw, akan kami sebutkan di bagian amalan praktis dan doa-doa di bulan Rajab.
Download free Amalan dan Doa2 di bulan Rajabklik di sini
Doa2 haji dan Umroh dilengkapi bacaan teks latin dan terjemahan:
http://almushthafa.blogspot.com

Kamis, 22 April 2010

DO'A / الدعاء


السـلامـ عليكـــم ورحمــــة اللـــه وبركـآتــــــــه


اللَّهُمَّ إني عبدك ابن عبدك ابن أمتك ناصيتي بيدك ماضٍ فيِّ
حكمك عدلٌ فيِّ قضاؤك أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك أو
أنزلته في كتابك أو علمته أحد من خلقك
أو استأثرت به في علم الغيب عندك أن تجعل القرآن ربيع قلبي ،
ونور صدري ، وجلاء حُزني ، وذهاب همِّي

اللَّهُمَّ اجعلني شكورا ، واجعلني صبورا ، واجعلني في عيني صغيرا وفي
أعين الناس كبيرا

اللَّهُمَّ إني أسألك أن ترفع ذكري وتضع وزري وتصلح أمري وتطهر قلبي
وتغفر ذنبي وتُحصِّن فرجي وتُنوِّر قلبي وتغفر ذنبي وأسألك الدرجات
العلى من الجنة



اللَّهُمَّ إني أسألك خير المسألة وخير الدعاء وخير النجاح وخير العمل
وخير الثواب وخير الحياة وخير الممات وثبتني وثقل موازيني وحقق
إيماني وارفع درجاتي وتقبل صلاتي واغفر خطيئتي وأسألك الدرجات
العلى من الجنة

اللَّهُمَّ إني أعوذ بك من الجوع فإنه بئس الضجيع وأعوذ بك من الخيانة
فإنها بئست البطانة

اللَّهُمَّ أنت الأول لا شيء قبلك وأنت الآخر لا شيء بعدك أعوذ بك من كل
دابة ناصيتها بيدك وأعوذ بك من الإثم والكسل ومن عذاب النار ومن عذاب
القبر ومن فتنة الغنى وفتنة الفقر وأعوذ بك من المأثم والمغرم

اللَّهُمَّ أنت الملك لا إله إلا أنت أنت ربي وأنا عبدك ظلمت نفسي واعترفت
بذنبي فاغفر لي ذنوبي جميعًا إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت واهدني لأحسن
الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت واصرف عني سيئها لا يصرف عني
سيئها إلا أنت لبيك وسعديك والخير كله في يديك والشر ليس إليك أنا بك
وإليك تباركت وتعاليت أستغفرك وأتوب إليك

اللَّهُمَّ إني أنزل بك حاجتي وإن قصر رأيي وضعف عملي افتقرت إلى
رحمتك فأسألك يا قاضي الأمور ويا شافي الصدور كما تجير بين
أن تجيرني من عذاب السعير ومن دعوة الثبور ومن فتنة القبور

اللَّهُمَّ إني عائذ بك من شر ما أعطيتنا ومن شر ما منعت
اللَّهُمَّ اجعل سريرتي خيرا من علانيتي واجعل علانيتي صالحة
اللَّهُمَّ اجعلنا هادين مهتدين غير ضالين ولا مضلين سلما لأوليائك وعدوا
لأعدائك نحب بحبك من أحبك ونعادي بعداوتك من خالفك
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى، وَلَكَ الْحَمْدُ إِذَا رَضِيتَ، وَلَكَ
الْحَمْدُ بَعْدَ الرِّضا،
فَأَهْلٌ أَنْتَ أَنْ تُحْمَدَ، وَأَهْلٌ أَنْتَ أَنْ تُعْبَدَ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ.
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمدُ بِما هَدَيْتَنا وَرَزقْتَنا وَخَلَقْتَنا وَفَرَّجْتَ عَنّا
لَكَ الْحَمدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِها عَلَيْنا
فِي قَدِيمٍ أَوْ حَدِيثٍ، أَوْ خَاصَّةٍ أَوْ عَامَّةٍ
أَوْ سِرٍّ أَوْ عَلاَنِيَةٍ
لَكَ الْحَمْدُ باِلإيِمانِ
وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ
وَلَكَ الْحَمْدُ باِلقُرْآنِ
وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْمَالِ
وَالأَهْلِ وَالْمُعَافَاة
وَلَكَ الْحَمْدُ مِنْ كُلِّ ما سَأَلْناكَ رَبَّنا أَعْطَيْتَنا
إِلَهَنا أَحْلَى
العَطَايا فِي قُلُوبِنا رَجَاؤُكَ
وَأَعْذَبُ الكَلاَمِ يا رَبَّنا عَلَى أَلْسِِنَتِنا ثَناؤُكَ
رَبَّنا ما أَحْمَدَكَ! وَما أَجْوَدَك!
وَما أَرْأَفَكَ! وَما أَعْدَلَكَ!
رَبَّنا ما أَجْزَلَ عَطَاءَكَ!
وَأَجَلَّ ثَناءَكَ!
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيِمِ..
الحَمْدُ لله رَبِّ العَالَمِينَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى أَشْرَفِ الخَلْقِ أَجْمَعِينَ وَخَاتَمِ الأَنْبِياءِ وَالمُرْسَلِينَ
سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتّابِعِينَ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيِنِ
مَّا يَفْتَحِ اللهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلاَ مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلاَ مُرْسِلَ لَهُ مِن بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (2) [سورة فاطر].
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْألُكَ بِعِزِّكَ وَذُلِّي أَنْ تَرْحَمَنِي، وأَسْألُكَ بِقُوَّتِكَ وَضَعْفِي، وَبِغِنَاكَ عَنِّي وَفَقْرِي إِلَيْكَ، هَذِهِ نَاصِيَتِي الكَاذِبَةُ الخَاطِئَةُ بَيْنَ يَدَيْكَ، عَبِيدُكَ سِوَايَ كَثِيرٌ، وَلَيْسَ لِي سَيِّدٌ سِوَاكَ، لاَ مَلْجَأ وَلاَ مَنْجَى مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، أَسْأَلُكَ مَسْأَلَةَ الْمِسْكِينِ، وَأَبْتَهِلُ إِلَيْكَ ابْتِهَالَ الْخَاضِعِ الذَّلِيلِ، وَأَدْعُوكَ دُعَاءَ الْخَائِفِ الضَّرِيرِ، سُؤَالَ مَنْ خَضَعَتْ لَكَ رَقَبَتُهُ، وَرَغِمَ لَكَ أَنفُهُ، وَفَاضَتْ لَكَ عَيْنَاهُ، وَذَلَّ لَكَ قَلْبُهُ أنْ تَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي، وَما أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي.
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَالِحَ الأَعْمَالِ وَاجْعَلهَا خَالِصةً لِوَجْهِكَ الكَرِيمِ
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْألُكَ بِعِزِّكَ وَذُلِّي أَنْ تَرْحَمَنِي، وأَسْألُكَ بِقُوَّتِكَ وَضَعْفِي، وَبِغِنَاكَ عَنِّي وَفَقْرِي إِلَيْكَ، هَذِهِ نَاصِيَتِي الكَاذِبَةُ الخَاطِئَةُ بَيْنَ يَدَيْكَ، عَبِيدُكَ سِوَايَ كَثِيرٌ، وَلَيْسَ لِي سَيِّدٌ سِوَاكَ، لاَ مَلْجَأ وَلاَ مَنْجَى مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، أَسْأَلُكَ مَسْأَلَةَ الْمِسْكِينِ، وَأَبْتَهِلُ إِلَيْكَ ابْتِهَالَ الْخَاضِعِ الذَّلِيلِ، وَأَدْعُوكَ دُعَاءَ الْخَائِفِ الضَّرِيرِ، سُؤَالَ مَنْ خَضَعَتْ لَكَ رَقَبَتُهُ، وَرَغِمَ لَكَ أَنفُهُ، وَفَاضَتْ لَكَ عَيْنَاهُ، وَذَلَّ لَكَ قَلْبُهُ أنْ تَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي، وَما أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي.
وَصَلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيِنِ، وَالحَمْدُ لله رَبِّ العَالَمِيِنَ 

Kamis, 08 April 2010

“SISI LAIN” PERTOLONGAN ALLOH

       Karunia pertolongan ALLOH Azza wa Jalla terkadang “definisi”-nya tidak mesti sama dengan apa yang terpikir dalam benak dan terbetik dalam untaian harapan kita. Bisa jadi apa yang kita artikan dan kita dambakan lewat doa ataupun cetusan hati itu berupa ‘A’, ternyata yang datang berbentuk ‘B’. Sayangnya, kita kerapkali tidak menyadarinya. Kita anggap bahwa ALLOH tidak menolong kendati sudah ‘habis-habisan’ berdoa.

       Akan tetapi, bagi orang yang sudah memiliki makrifat, tentulah tidak akan atau setidaknya tidak akan berlama-lama terjebak dalam buruk sangka seperti itu. Dia akan diberi kesanggupan oleh ALLOH untuk dapat menangkap hikmah dibalik setiap kejadian. Dan oleh karena itu, cepat atau lambat akan segera disadarinya bahwa ALLOH Azza wa Jalla sama sekali tidak akan pernah lalai dalam mengurus hamba-Nya dan tidak akan pernah lupa untuk mengabulkna doa-doanya.

       Ketika suatu waktu kita ingin pertolongan ALLOH dan ternyata pertolongan itu belum datang juga seperti yang kita inginkan, namun kita tetap bisa berdoa dan shalat tahajud, maka itu pun harus membuat kita puas. Mengapa? Sebab, karunia ALLOH tidak harus berbentuk material seperti yang kita inginkan. Kita bisa berdoa, kita bisa tahajud, dan kita bisa tetap bersungguh-sungguh dalam meminta, itu pun merupakan karunia besar. Bahkan bisa jadi lebih besar daripada apa yang yang kita minta, baik berupa uang ataupun aneka bentuk pertolongan lainnya.

       Ketika kita diuji dengan lilitan hutang, misalnya, lantas kita setiap malam menangis dan berdoa, “Ya, ALLOH. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang Mahakaya. Jagat raya alam semesta ini sungguh milik-Mu. Bayangkanlah hutangku, ya Rabb.” Akan tetapi, ketika ternyata hutang-hutang itu tak bisa terbayarkan juga, maka bukanlah itu berarti doa kita tidak dikabulkan-Nya. Sesungguhnya, kesanggupan kita untuk bangun setiap malam dan memanjatkan doa dengan penuh harap, ini pun karunia ALLOH yang amat besar. Apa sih artinya hutang bagi ALLOH yang Mahakaya? Mungkin dengan hutang itu ALLOH justru sedang menjerat seorang hamba-Nya agar semakin dekat kepada-Nya.

       “Ya, ALLOH. Usahaku saat ini sedang macet. Tolonglah, ya ALLOH. Bukanlah Engkau Mahakaya, Pemiliki segalanya?” Subhanallah. Bukankah sangat jarang kata-kata seperti ini terucap dari lisan seseorang ketika dia sedang dalam keadaan makmur? Sungguh mahal kata-kata makrifat seperti itu, yang bisa jadi terlontar dari lisan kita justru tatkala kita sedang dalam kesusahan. Nah, siapa tahu itu merupakan karunia yang lebih besar daripada dilapangkan seketika oleh ALLOH.
Jadi, kita terus-menerus memohon, menghiba-hiba, dan dengan sekuat tenaga memaksakan diri mendekat kepada ALLOH, itu pun adalah karunia ALLOH yang lebih besar dari pada yang kita mintakan dalam doa.

       Anda datang menghadiri pengajian di majlis taklim karena suatu kesulitan dan kesempatan yang tengah di hadapi, lalu anda dengarkan ceramah sang mubaligh; itu lebih baik daripada doa yang kita minta. Karena dengan cara ini mungkin lebih banyak yang terselesaikan daripada satu penyelesaian masalah yang kita mintakan dalam doa.

Anda minta dimudahkan urusan oleh ALLOH tetapi malah diberi ilmu; bisa jadi itu lebih manfaat daripada kemudahan urusan yang anda cari. Karena, dengan ilmu justru lebih banyak urusan yang bisa terselesaikan. Demikian juga bila anda sedang mempunyai masalah dengan tetangga atau orang tua, tetapi Anda telah datang kepada ulama untuk menuntut ilmu; itu ‘kan merupakan masalah yang dapat membuat kita menjadi lebih baik.

       Walhasil, janganlah takut oleh suatu masalah karena pertolongan ALLOH itu teramat dekat. Dan bentuknya yang mahal adalah ketika kita berubah menjadi semakin taat kepada ALLOH. Sekali lagi, semua itu adalah karunia yang jauh lebih besar daripada yang kita minta.

4 PERKARA SEBELUM TIDUR

Rasulullah berpesan kepada Aisyah ra : “Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, yaitu :
1. Sebelum khatam Al Qur’an,
2. Sebelum membuat para nabi memberimu syafaat di hari akhir,
3. Sebelum para muslim meridloi kamu,
4. Sebelum kaulaksanakan haji dan umroh …
 “Bertanya Aisyah :
“Ya Rasulullah… . Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?”
Rasul tersenyum dan bersabda : “Jika engkau tidur bacalah : Al Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur’an.

Membacalah sholawat untukKu dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafaat di hari kiamat.
Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredloi kamu.
Dan,perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh”
Sekian untuk ingatan kita bersama.

KASIH SAYANG ALLOH

       Ibrahim bin Adham , seorang alim yang hidup di abad ke-8, seperti diceritakan dalam salah satu tulisan Goenawan Moehamad, suatu saat bertawaf mengelilingi Ka'bah. Malam gelap, hujan deras, guntur gemuruh. Ketika Ibrahim berada di depan pintu Ka'bah, ia berdo'a, "Ya Tuhanku, lindungilah diriku dari perbuatan dosa terhadap-Mu."

       Konon, ada suara yang menjawab, "Ya Ibrahim, kau minta pada-Ku untuk melindungimu dari dosa, dan semua hamba-Ku juga berdo'a serupa itu. Jika Kukabulkan doa kalian, kepada siapa gerangan nanti akan Kutunjukkan rasa belas-Ku dan kepada siapa akan Kuberikan ampunan-Ku ?"

       Kisah pendek ini entah benar-benar terjadi atau tidak, namun kisah ini memberikan arti panjang bagi kita dalam memandang makna sebuah dosa dan hubungannya dengan kasih sayang Ilahi. Dosa diciptakan oleh Allah sebagaimana Dzat Yang Maha Agung ini menciptakan pahala. Tentu saja sebagaimana ciptaan-Nya yang lain, dosa pun memiliki peran dan hikmah tersendiri.
Dengan adanya dosa, kita jadi tahu ada yang namanya pahala. Dalam lorong yang hitam kita bisa melihat cahaya. Dalam gelap kita jadi tahu apa arti sebuah mentari. Walhasil, dosa memang harus kita jauhi namun juga harus kita pikirkan keberadaannya.
Semoga dengan melihat bahwa dosa pun dapat menjadi alat Allah untuk menunjukkan kasih sayang-Nya, kita mampu lebih memahami hadis Nabi, "Ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik agar perbuatan baik itu menghapusnya."

       Kita percaya bahwa ampunan Allah lebih luas dari murka-Nya. Jika Allah yang Gagah Perkasa saja masih bersedia memaafkan hamba-Nya dan menunjukkan kasih sayang-Nya kepada kita semua, mengapa kita tak mau memaafkan kesalahan orang lain kepada kita ?
       Mengapa tak kita serap sifat Rahman dan Rahim-Nya sebagaimana selalu kita baca dalam Bismillah ar-Rahman ar-Rahim ?

Ketika saya menghadap Kepala Sekolah sewaktu di Madrasah Aliyah seraya meminta maaf atas prilaku jelek saya. Kepala Sekolah yang sekarang sudah almarhum itu menjawab, "Umar bin Khattab pernah mengubur anaknya hidup-hidup, dia bertobat dan Allah memaafkannya. Apakah kesalahan kamu sudah lebih besar dari prilaku Umar itu sampai saya tak berkenan memaafkan kamu ?" Saya merinding mendengar jawaban itu. Saya pun masih merinding saat mengingat betapa pemurahnya guru saya itu. Guru saya tersebut sudah mampu menjadikan kesalahan saya sebagai alat untuk menunjukkan kasih sayangnya

Dikutip dari : kisah penuh hikmah

MASIHKAH ADA RABB DI HATI KITA

Sahabat, sekali cobalah lihat
Lihatlah rona muka mereka yang selalu segar
Dan penuh sinar

Sahabat, sekali cobalah tatap
Tataplah pada gaun yang putih lagi bersih
Berbalut sutra
Dan wangi percikan parfum Jerman

Lihatlah pada kemilau
Kilatan biru Dr Marten
Yang menginjak permadani
Dalam racik Giovanni

Digenggamnya Alkitab
Pada sisi kanan jasad
Dengan tangan yang halus dan penuh hikmat
Ditentengnya Alkitab
Menyusuri lapak demi tapak
Meniti jalan hingga bebatuan

Dan berkumpul pada sebuah misa
Lantunkan pujian bagi para dewa
Jasad yang tegak berdiri menancap bumi
Bersimbah kukuh dan harap peluh
Berteman kesegaran Edenia
Terus berteriak lantang
Untuk keagungan sang penebus dosa

Larut dalam melodi
Hanyut dalam simponi
Sejuk dalam harmoni
Ketukan Bethoven yang membuka hari
Penuh kesahajaan
Lekat dalam kecintaan
Pada grafiti dan lukisan
Pada ciptaan yang dianggapnya: tuhan

Diiringi
Cerita hebat sang pendeta
Yang berteriak dahsyat dari singgasana
Putar balikkan fakta turutkan nafsunya
Orasikan ayat-ayat yang baru saja diciptanya
Hingga berguguran bulu-bulu burung gereja
Hingga berguncang seluruh jiwa
Hingga tumbang oaks di tepi sahara
Membahana pada tiap lekuk dunia

Sedangkan kita…

Tanpa peduli pada tubuh yang belum sempat kita basuh
Tanpa peduli pada hati yang belum sempat kita sentuh
Tanpa peduli pada tahmid yang mestinya menyapa subuh
Kita raih secarik sarung lusuh

Mulai beranjak pada air wudu
Dalam ketergesaan yang memburu
Karena ikamah telah berkumandang menembus kalbu

Saat kemudian sang imam
Lantunkan indahnya surah Arrahmaan
Pada rakaat yang penghabisan
Begitu sejuk
Begitu damai
Begitu mesra
Begitu cinta
Begitu iba
Dan begitu khusyuknya kita
Nikmati air liur yang kembali kita sembur
Lanjutkan indahnya kembang tidur


Oh indahnya subuh
Yang selalu dihiasi wewangian
Aroma petai jengkol dan juga bakwan
Oh indahnya subuh
Yang selalu diliputi cerita imam dan makmum yang mendengkur

Dan
Alquran yang begitu mulia
Terus menangis terhimpit luka

Mushaf suci itu berdiri rapi pada rak almari
Tanpa pernah disentuh sama sekali
Mushaf suci itu hilang seinci demi seinci
Tanpa pernah dicari ke mana lembar itu pergi

Dan
Alquran yang begitu mulia
Terus merintih tertimbun nestapa

Mushaf suci itu menjadi isi tas gelap dan kusam
Tertindih sapu tangan dan kaus kaki
Mushaf suci itu hampir kehilangan bentuknya
Tertumpah aqua dan tergores pena
Mushaf suci itu hampir kehilangan kesuciannya
Berteman buku dan majalah penuh cerita nista

Dan
Alquran yang begitu mulia
Terus meratap terkubur lara

Mushaf suci itu hampir tiada kelihatan
Karena bersembunyi di balik punggung
Mushaf suci itu hampir tiada tertampakkan
Karena berdiri di balik sarung legam

Seekor keledai
Terus membawa kitab tebal itu kesana kemari
Berhias peluh dan daki
Seekor keledai
Ternyata tak jua mampu pahami arti
Meski dikaruniai akal
Tetap saja menjadi baghal yang begitu bebal

Sahabat
Kita bukan tidak mengerti
Kita bukan tidak pahami
Tapi karena memang cinta kita untuk-Nya
Begitu apa adanya
Dan tak ada apa-apanya
Dibanding apa-apa yang ada pada diri kita

Kita mengaku menyukai-Nya
Tapi kita lebih suka dengan apa yang dibenci-Nya
Kita mengaku mencintai-Nya
Tapi kita lebih suka dengan apa yang dijauhi-Nya

Cinta kita begitu sederhana
Tapi kita terus panjatkan dengan pinta
Kasih kita tidak ada apa-apanya
Tapi kita terus pintakan keindahan surga-Nya

Kita bukan tidak tahu…
Cara terbaik mencintai-Nya
Kita bukan tidak tahu…
Kiat terbaik membahagiakan-Nya
Tapi
Kita memang enggan melakukannya

Karena
Begitu cintanya kita pada dunia
Karena
Kita tak ingin kematian itu menghampiri kita

Kisah Sang Kiayi Dan Burung Beo

Ada sebuah kisah tentang seekor burung Beo yang dipelihara oleh seorang ulama (kiyai) di sebuah pesantren. Sang Kiyai mengajari burung Beonya itu mengucapkan kalimat sapaan-sapaan islami termasuk kalimat Thoyyibah. Dan si Beo pun sangat familiar sekali mendengarkan dan mengucapkan kalimat-kalimat tersebut dan apalagi dia tidak pernah mendengar perkataan-perkataan yang tidak senonoh karena dia berada dilingkungan pesantren yang sangat islami.

Pada suatu ketika sang Kiyai selesai memberi makan si Beo, beliau lupa menutup kandang Beo tersebut dan seekor kucing telah mengintai siBeo tersebut menerobos masuk kandangnya dan mengigit si Beo tersebut dan hendak memakannya. Dalam ketakutan dan kesakitan tersebut beopun berteriak "Keak....keak... keak..." sehingga terdengar oleh sang kiyai. Beliau bergegas menuju suara tersebut, dilihatnya si Beo telah mati dan digunggung oleh sang kucing keluardari kandangnya. Sejenak sak Kiyai tapakur melihat kejadian tersebut dan menangis sejadinya dan mengunci diri dikamarnya beberapa hari. Para santripun heran kenapa sang kiyai berbuat seperti itu karena hanya sedih ditinggal mati beonya?. Ditengah keheranan tersebut mereka pun mengirim utusan menemui kiyai nya untuk bertanya apa sebenarnya yang disedihkan oleh kiyai tersebut, masak karena hanya ditinggal mati oleh si Beo tersebut sang Kiyai jadi amat sangat bersedih sehingga mengganggu kegiatan belajar mengajar mereka. 

"Pak Kiyai.... apa sebenarnya yang membuat pak kiyai sebegitu amat sangat bersedih, jika itu dikarenakan oleh matinya si Beo, kami sanggup membelikan puluhan beo-beo lain untuk pak kiyai supaya pak kiyai dapat menghilangkan  kesedihannya dan mengajar kembali".  Seraya sang kiyai menjawab: "Santri-santriku tercinta bukan kematian beo itu yang sangat ku sedihkan, tetapi hikmah yang terkandung dalam peristiwa itu yang membuat aku sangat takut".
"Apa maksud pak kiyai" sambung para santri serempak penuh tanda tanya. "Si Beo yang berada di lingkungan kita ini yang insya Allah tidak pernah melihat dan mendengar hal-hal yang tidak baik apalagi maksiat dan juga aku mengajarkannya kata-kata yang baik khususnya kalimat Thoyyibah, tetapi ketika ia meregang nyawanya, dia tidak dapat mengucapkan kalimat tersebut, hanya "keak...keak.."yang kudengarkan dari mulutnya. Aku jadi berfikir, jangan-jangan nasibku atau kalian-kalian sama dengan si Beo tersebut. Dimana hampir setiap nafas kita selalu mengucapkan kata-kata yang baik dan termasuk kalimat Thoyyibah tetapi dapatkah kita nanti membaca LA ILAHA ILLALLAH itu ketika sang malaikat maut menjempu kita ??? 

Wallahualam.............  Semoga kisah diatas bisa dijadikan renungan bagi kita ...........
Marilah kita perbanyak mengucapkan kalimat Thoyyibah.  Dengan harapan semoga kita mampu mengucapakan kalimat 'LA ILAHA ILLALLAH di saat sakaratul maut kelak.

من كان اخر كلامه لااله الا الله دخل الجنة
"Barang Siapa akhir ucapannya laa ilaha illalloh maka ia akan masuk sorga"

اللهم إنا نسالك حسن الخاتمة ونعوذبك من سوء الخاتمة
"Ya Alloh sesungguhnya kami memohon kepada-Mu Baik Di Akhir dan berlindung kepada-Mu dari Buruk di akhir"
Amin.

Do'a Sang Bayi

Rasulullah saw pernah bercerita tentang seorang bayi yang ketika sedang menyusu kepada ibunya, mendadak lewat seseorang yang gagah dan berkendaraan mewah. Ibunya berkata, "Ya Allah, jadikanlah putraku ini seperti orang itu."

Mendadak, bayi itu melepaskan puting susu ibunya dan melihat orang yang berkendaraan itu sambil berkata, "Ya Allah, jangan kau jadikan aku seperti orang itu."

Setelah itu ia menyusu kembali. Tiada lama, ada seorang budak dipukuli majikannya sambil tuannya berkata, "Kau pencuri, kau pelacur," sementara sang budak hanya membaca, "Hasbiyallah wani'mal wakil" (cukuplah Allah bagiku, dan Dia sebaik-baik zat yang dia pasrahi).

Ibu sang bayi berkata, "Ya Allah, jangan jadikan putraku seperti perempuan itu."

Bayi itu segera berhenti lagi dari menyusu dan melihat budak yang dianiaya itu sambil berkata, "Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia." Sang ibu sangat heran lalu mempertanyakan semua tindakan bayinya yang dia anggap selalu bertolak belakang dengannya. Si bayi kemudian menjelaskan, "Laki-laki berkendaraan yang gagah itu adalah orang yang sangat kejam, sedangkan budak itu dituduh berzina, padahal dia tidak berzina; dituduh mencuri, padahal ia tidak mencuri; maka aku berdoa 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia'."

Kekaguman seorang ibu kepada seseorang yang berpenampilan gagah dan berkendaraan mewah, lalu berharap agar putranya seperti orang tersebut, adalah hal wajar, sewajar ia tidak berharap anaknya jadi budak yang digebuki dan dicaci-maki tuannya. Itulah ciri asli setiap manusia, yang di dalam diri mereka Allah swt sengaja menitipkan perhiasan berupa kecintaan yang besar pada pasangan, keluarga, dan juga harta.

Namun, lewat hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim itu, Allah sekali lagi hendak mengingatkan kita bahwa apa yang tampak, terutama apa yang sesuai dengan perhiasan titipan Allah itu, tidak selalu benar di sisi Allah. Pandangan manusia umumnya hanya terbatas pada apa yang tampak dari luar dan menafikan segala sesuatu yang bersifat batin. Menilai sesuatu dari ukuran lahiriah sering tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Sesungguhnya Allah adalah Zat yang membolak-balik hati, menginsyafkan orang yang zalim, serta membantu orang-orang yang tertindas dan keletihan.

" Hidup untuk Mempersembahkan Yang Terbaik, yaitu Bermakna bagi Dunia dan Berarti bagi Akhirat. (Aa Gym) "

Harga Mahal Sebuah Hidayah

Dalam ruangan yang serba gelap, untuk membedakan mana tongkat dan mana ular, setidaknya diperlukan dua hal; kemampuan mata dan cahaya dari luar. Mata bisa melihat, tetapi bila tak ada cahaya tentu tidak akan jelas bentuk benda-benda di sekitar. Begitupun sebaliknya, walau cahaya di sekitar terang-benderang, bila mata kita buta, segala yang nampak jadi tidak kelihatan. 

Ada kisah dua orang yang mendalami ilmu agama. Yang satu rumahnya jauh dari masjid, dan yang lain lebih dekat. Ketika adzan dikumandangkan, yang jauh bergegas menuju masjid. Ia bisa datang dan masuk ke masjid lebih awal, kemudian shalat sunnah, duduk dan berdzikir, dan bisa mengikuti shalat jamaah. Namun orang yang berdekatan dengan masjid, ketika adzan dikumandangkan, masih bersantai-santai di rumah, akhirnya ia masbuk karena baru tiba di masjid setelah iqamat. Ia kehilangan kesempatan shalat sunnah. 

Mengapa terjadi demikian? Padahal kedua orang ini sama-sama mengetahui keutamaan shalat berjamaah dan paham akan kemurkaan Allah kepada orang yang tidak shalat berjamaah. Ada perbedaan memang antar keduanya. Orang yang jauh dari masjid memiliki dua cahaya, cahaya wahyu dan cahaya hidayah. Yang satunya hanya punya cahaya wahyu semata. Hidayah belum mengejawantah dalam dirinya. 

Banyak orang yang tahu tentang ilmu agama, namun banyak pula yang tak menjalankan apa yang telah diketahuinya itu. Mereka belum mendapatkan hidayah. Mahal memang harga hidayah. Dan ini berkait dengan pribadi orang yang bersangkutan. Seseorang boleh berupaya sekuat tenaga untuk mengantarkan orang lain mendapatkan hidayah. Tetapi kalau Allah tidak menghendaki, dalam arti secara pribadi orang yang bersangkutan belum memiliki kesiapan, maka usaha itu akan terhenti di tengah jalan. 

Nabi Nuh as berdakwah kepada keluarga dan kaumnya selama beratus-ratus tahun, namun hanya beberapa orang saja yang mau mengikuti risalahnya. Bahkan anak dan istrinya termasuk dari orang-orang yang menentang. Nabi Ibrahim as berkali- kali mengajak ayahandanya agar tunduk pada Allah Sang Pencipta, namun sang ayah tetap pada pendiriannya, menyembah patung yang dibuatnya sendiri. Begitu juga Rasulullah saw, beliau tidak bosan-bosan mengharap pamannya agar mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallah', namun sampai akhir hayatnya, Abu Thalib tidak mengucapkan kalimat thayyibah itu. 

Memang hidayah itu hanya milik Allah. Dialah yang akan menurunkannya kepada yang Dia menghendaki. Wewenang dan tugas manusia hanyalah mengajak, memberikan pengertian dan pemahaman, alias memberi jalan masuknya hidayah. Selanjutnya sudah dalam wilayah wewenang Allah swt. 

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (QS al-Qashash: 56) 

Hidayah atau petunjuk Allah mesti kita cari untuk mendapatkannya. Tak bisa hidayah itu datang dengan tiba-tiba, tanpa adanya usaha keras untuk meraihnya. Untuk memperoleh hidayah diperlukan perjuangan. 

Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan-Nya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunnah-sunnahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan nyawa bila dibutuhkan. Dengan begitu niscaca Allah akan menurunkan petunjuk-Nya. Firman Allah; 

"Katakanlah, taatlah pada Allah dan taatlah pada Rasul, dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan dengan terang." (QS An-Nur: 54) 

"Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS al-Ankabut: 69) 

Memang berat untuk mendapatkan hidayah. Tetapi sebagai sebuah perjuangan, hal itu wajar. Sesuatu yang bernilai tinggi, tidak akan diberikan secara gratis. Tetapi setelah didapat dan bisa dipertahankan, maka hasilnya sungguh luar biasa. Hidayah itulah kunci selamat dari gelapnya kehidupan. Dalam al-Qur'an, Allah swt beberapa kali mengabarkan bahwa ada segolongan manusia yang sampai kapan pun tak akan pernah diberi petunjuk, walaupun sangat diharapkan. Di antaranya memang twlah Allah sesatkan. Lalu Allah biarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatannya. Tak seorang pun yang akan memberi petunjuk dan mampu untuk menolongnya. 

"Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong." (QS an-Nahl: 37) 

Ada pula segolongan manusia yang Allah tidak berkenan memberikan petunjuk-Nya. Mereka adalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, mendustakann ayat- ayat-Nya, orang-orang zhalim yang selalu mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, dan mereka yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. 

Ada juga yang Allah sesatkan berdasarkan ilmu pengetahuannya, kemudian Allah mengunci mati hati dan pendengarannya, membutakan kedua matanya. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang jelas, mereka menjadikannya sebagai bahan olok-olok saja. Mereka orang- orang yang akan merugi dikarenakan telah lupa dengan diri mereka sendiri. Dan di akhirat kelak mereka akan tertunduk lesu sebagai orang-orang yang kalah: 

"Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena hina, mereka melihat dengan pandangan lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, 'Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan keluarga mereka pada hari kiamat.' Ingatlah sesungguhnya orang-orang yang zhalim berada dalam adzab yang kekal." (QS asy-Syuura: 45) 

Orang-orang yang telah disesatkan Allah, tiada seorangpun yang mampu menolongnya dari kesesatan itu. Kita berlindung kepada Allah dari katagori kelompok orang-orang zhalim ini, kelompok yang merugi dan akan mendapatkan azab kehinaan dari Allah 'Azza wa jalla.

Diambil dari buletin al-Qalam 
http://alqalam.hidayatullah.com

Cinta Yang Tulus Tanpa Syarat

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis  sepanjang malam.

Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.

Saat kau berumur 3 tahun, memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.

Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan

Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah

Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi kesekolah.
Sebagai balasannya, kau berteriak."NGGAK MAU!!"

Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola.
Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.

Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.
Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.

Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus pianomu.
Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.

Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun
Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.

Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop.
Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain

Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa.
Sebagai balasannya, kau tunggu dia sampai di keluar rumah

Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya
Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.

Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan
Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya..

Saat kau berumur 15 tahun, pulang kerja ingin memelukmu
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?"
Sebagai balasannya, kau jawab,"Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan.
Sebagai balasannya, kau katakan,"Aku tidak ingin seperti Ibu."

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furnitur untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furnitur itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan
Sebagai balasannya, kau mengeluh,"Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?"

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu.
Sebagai balasannya, kau katakan padanya,"Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya, kau jawab,"Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.".

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang.
Dan tiba-tiba kau teringat banyak hal yang belum pernah kau lakukan untuk dia.

Perasaan bersalah datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam, tanpa akhir.

There is only one pretty child in the world and every mother has it.
     ---Chinese Proverb.

*JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH *
SAYANGMU HARUS LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI.
[ DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS
TANPA SYARAT KEPADAMU? ]
Semuanya belum terlambat jika kita mau untuk memperbaikinya.

Semoga bermanfaat.

Selasa, 23 Maret 2010

Khasiat Pegagan untuk Tumpas TBC (Tuberkulosis)



Testimoni Pegagan
Seorang teman bercerita, betapa frustrasinya ia menumpas tuberkulosis (TB) paru-paru. Digempur pakai obat-obatan medis, si penyakit tetap saja eksis. Ia juga panik, karena katanya, bakteri TB bisa kebal terhadap gempuran obat yang diracik apotik. Untunglah, saat nyaris frustrasi, ia “menemukan” pegagan.
Menjalani “takdir” sebagai penderita TB paru-paru memang tak gampang. Jika tidak ulet, alih-alih sembuh, pasien bisa mati bosan. Maklum, proses penyembuhan TB, selain cukup sulit, juga makan waktu lama, berkisar 3 – 6 bulan. Itu pun dengan catatan, pasien berdisiplin minum obat dan rajin memeriksakan diri ke dokter.
Lamanya pengobatan itulah – apalagi jika disertai kendala biaya – yang kerap menyebabkan pasien frustrasi. Ya frustrasi minum obat, ya bosan menanggung derita. Padahal, disiplin minum obat menjadi faktor penentu dalam proses penyembuhan. Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan bakteri TB resisten terhadap beragam obat konvensional, termasuk obat kombinasi.
Dengan kata lain, pasien TB sebenarnya dilarang keras menoleransi kata bosan, apalagi sampai putus asa. Itu sebabnya, buat teman tadi, perjumpaan dengan pegagan dan kawan sejawatnya menjadi sangat berarti. Paling tidak, ia merasa tak “sendiri” lagi menghadapi tuberkulosis. Ketika banyak sanak saudara dan handai taulan menjauh lantaran takut tertular, pegagan dan kawan-kawan menjadi teman paling setia.
Yang paling penting, harga mereka murah dan tak membuat kantung cekak jika dikonsumsi dalam kurun waktu lama.
Pegagan Menghambat & menghancurkan
Pegagan atau nama kerennya Centella asiatica itu tumbuhan liar yang ada di dataran rendah, sampai sekitar 2.500 m di atas permukaan air laut.
Secara empiris, biasa digunakan sebagai tonik, antiinfeksi, antirematik, penenang, mempercepat penyembuhan luka, dan diuretik. Berbagai penelitian telah dilakukan guna mendukung manfaat empirisnya.
Misalnya, penelitian yang merujuk pegagan sebagai antiinflamasi, antioksidan, antitumor, atau untuk meningkatkan daya ingat (susunan saraf pusat), eksem (luka terbuka), dan hepatitis. Hal itu berkaitan dengan kandungan senyawa yang dimiliki pegagan, yaitu asiaticiside, thankuniside, medecassoside, brahmoside, brahminoside, madastic acid, vitamin B1, B2, dan B6.
Dari berbagai penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan kemampuannya menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus, Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Laorpuksa A. dan kawan-kawan dalam penelitian pada 1988 membuktikan, estrak air pegagan dapat melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran napas. Sementara Herbert D. dan kawan-kawan dari Tuberculosis Research Center di India mencoba efek pegagan pada bakteri tuberkulosis H37Rv secara in vitro. Hasilnya, pegagan tidak langsung berefek pada bakteri tuberkulosis. Namun, Herbert menyarankan penelitian lebih lanjut terhadap senyawa aktif asiaticoside.
Feeling Herbert terbukti benar. Berdasarkan penelitian lanjutan, senyawa aktif pegagan itu ternyata dapat melawan Mycobakterium tuberculosis dan Bacillus leprae (Oliver-Bever, 1986). Penelitian berikutnya yang dilakukan Walter H. Lewis juga menyatakan, pegagan termasuk kelompok tanaman yang menghasilkan zat seperti antibiotika dan asiaticoside.
Uji Keampuhan Pegagan
Keampuhan pegagan juga telah diuji coba oleh Boeteau P. dan kawan-kawan, yang menginokulasi binatang percobaan marmut dengan bakteri basilus tuberkulosis selama 15 hari. Injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yang diberikan pada marmut, terbukti dapat mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, dan limpa. Senyawa asiaticoside membuat pegagan tak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi juga berpotensi sebagai imunomodulator – peningkat daya tahan tubuh.
Secara empiris, pemanfaatan pegagan untuk membasmi tuberkulosis paru-paru dapat dilakukan dengan berpedoman pada resep berikut. Cuci 30 – 60 g pegagan segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, dan diminum 3 kali sehari. Untuk TB kulit, lumatkan pegagan, kemudian tempelkan pada bagian yang sakit.

Pages

Daftar Blog Saya

  • BERFIKIRLAH SEBELUM BERBUAT MAKSIAT - Seorang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham rahimahullah, Dia berkata: “Ya Aba Ishaq, aku sering berbuat maksiat. Katakan sesuatu kepadaku sebagai ...
    13 tahun yang lalu
  • - الحمد لله الذى أنزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيراً.. والصلاة والسلام على محمد بن عبد الله، الذى أرسله ربه شاهداً ومبشراً ونذيراً، وداعياً إلى الله...
    14 tahun yang lalu