Selasa, 23 Maret 2010

Khasiat Pegagan untuk Tumpas TBC (Tuberkulosis)



Testimoni Pegagan
Seorang teman bercerita, betapa frustrasinya ia menumpas tuberkulosis (TB) paru-paru. Digempur pakai obat-obatan medis, si penyakit tetap saja eksis. Ia juga panik, karena katanya, bakteri TB bisa kebal terhadap gempuran obat yang diracik apotik. Untunglah, saat nyaris frustrasi, ia “menemukan” pegagan.
Menjalani “takdir” sebagai penderita TB paru-paru memang tak gampang. Jika tidak ulet, alih-alih sembuh, pasien bisa mati bosan. Maklum, proses penyembuhan TB, selain cukup sulit, juga makan waktu lama, berkisar 3 – 6 bulan. Itu pun dengan catatan, pasien berdisiplin minum obat dan rajin memeriksakan diri ke dokter.
Lamanya pengobatan itulah – apalagi jika disertai kendala biaya – yang kerap menyebabkan pasien frustrasi. Ya frustrasi minum obat, ya bosan menanggung derita. Padahal, disiplin minum obat menjadi faktor penentu dalam proses penyembuhan. Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan bakteri TB resisten terhadap beragam obat konvensional, termasuk obat kombinasi.
Dengan kata lain, pasien TB sebenarnya dilarang keras menoleransi kata bosan, apalagi sampai putus asa. Itu sebabnya, buat teman tadi, perjumpaan dengan pegagan dan kawan sejawatnya menjadi sangat berarti. Paling tidak, ia merasa tak “sendiri” lagi menghadapi tuberkulosis. Ketika banyak sanak saudara dan handai taulan menjauh lantaran takut tertular, pegagan dan kawan-kawan menjadi teman paling setia.
Yang paling penting, harga mereka murah dan tak membuat kantung cekak jika dikonsumsi dalam kurun waktu lama.
Pegagan Menghambat & menghancurkan
Pegagan atau nama kerennya Centella asiatica itu tumbuhan liar yang ada di dataran rendah, sampai sekitar 2.500 m di atas permukaan air laut.
Secara empiris, biasa digunakan sebagai tonik, antiinfeksi, antirematik, penenang, mempercepat penyembuhan luka, dan diuretik. Berbagai penelitian telah dilakukan guna mendukung manfaat empirisnya.
Misalnya, penelitian yang merujuk pegagan sebagai antiinflamasi, antioksidan, antitumor, atau untuk meningkatkan daya ingat (susunan saraf pusat), eksem (luka terbuka), dan hepatitis. Hal itu berkaitan dengan kandungan senyawa yang dimiliki pegagan, yaitu asiaticiside, thankuniside, medecassoside, brahmoside, brahminoside, madastic acid, vitamin B1, B2, dan B6.
Dari berbagai penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan kemampuannya menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus, Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Laorpuksa A. dan kawan-kawan dalam penelitian pada 1988 membuktikan, estrak air pegagan dapat melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran napas. Sementara Herbert D. dan kawan-kawan dari Tuberculosis Research Center di India mencoba efek pegagan pada bakteri tuberkulosis H37Rv secara in vitro. Hasilnya, pegagan tidak langsung berefek pada bakteri tuberkulosis. Namun, Herbert menyarankan penelitian lebih lanjut terhadap senyawa aktif asiaticoside.
Feeling Herbert terbukti benar. Berdasarkan penelitian lanjutan, senyawa aktif pegagan itu ternyata dapat melawan Mycobakterium tuberculosis dan Bacillus leprae (Oliver-Bever, 1986). Penelitian berikutnya yang dilakukan Walter H. Lewis juga menyatakan, pegagan termasuk kelompok tanaman yang menghasilkan zat seperti antibiotika dan asiaticoside.
Uji Keampuhan Pegagan
Keampuhan pegagan juga telah diuji coba oleh Boeteau P. dan kawan-kawan, yang menginokulasi binatang percobaan marmut dengan bakteri basilus tuberkulosis selama 15 hari. Injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yang diberikan pada marmut, terbukti dapat mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, dan limpa. Senyawa asiaticoside membuat pegagan tak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi juga berpotensi sebagai imunomodulator – peningkat daya tahan tubuh.
Secara empiris, pemanfaatan pegagan untuk membasmi tuberkulosis paru-paru dapat dilakukan dengan berpedoman pada resep berikut. Cuci 30 – 60 g pegagan segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, dan diminum 3 kali sehari. Untuk TB kulit, lumatkan pegagan, kemudian tempelkan pada bagian yang sakit.

Jumat, 19 Maret 2010

6 pertanyaan imam al ghozali



Suatu hari, Imam al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam beliau  bertanya bebeapa hal. Pertama, “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?. “
Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam al-Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “Mati”. Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (QS. Ali Imran 185)

Lalu Imam al-Ghazali meneruskan pertanyaan yang kedua. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”.
Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar, ujarnya, adalah “MASA LALU.”
Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam al-Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. “Apa yang paling besar di dunia ini?”.
Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “Nafsu” (QS. Al- a’araf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”.
Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “memegang AMANAH” (QS. Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”.
Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam al-Ghazali. Namun menurut beliau yang paling ringan di dunia ini adalah ‘meninggalkan SHALAT’. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan shalat, gara-gara meeting kita juga tinggalkan shalat.
Lantas pertanyaan keenam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”.
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. Benar kata Imam al-Ghazali. Tapi yang paling tajam adalah “lidah MANUSIA”. Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. [www.hidayatullah.com]

Kejujuran Seorang Mubarok

Dikisahkan dari Mubarok -ayahanda dari Abdulloh Ibnu al-Mubarok- bahwasanya ia pernah bekerja di sebuah kebun milik seorang majikan. Ia tinggal di sana beberapa lama. Kemudian suatu ketika majikannya -yaitu pemilik kebun tadi yang juga salah seorang saudagar dari Hamdzan- datang kepadanya dan mengatakan, “Hai Mubarok, aku ingin satu buah delima yang manis.”

Mubarok pun bergegas menuju salah satu pohon dan mengambilkan delima darinya. Majikan tadi lantas memecahnya, ternyata ia mendapati rasanya masih asam. Ia pun marah kepada Mubarok sambil mengatakan, “Aku minta yang manis malah kau beri yang masih asam! Cepat ambilkan yang manis!”

Ia pun beranjak dan memetiknya dari pohon yang lain. Setelah dipecah oleh sang majikan; sama, ia mendapati rasanya masih asam. Kontan, majikannya semakin naik pitam. Ia melakukan hal yang sama untuk ketiga kalinya, majikannya mencicipinya lagi. Ternyata, masih juga yang asam rasanya. Setelah itu, majikannya bertanya, “Kamu ini apa tidak tahu; mana yang manis mana yang asam?”
Mubarok menjawab. “Tidak.”
“Bagaimana bisa seperti itu?”
“Sebab aku tidak pernah makan buah dari kebun ini sampai aku benar-benar mengetahui (kehalalan)nya.”
“Kenapa engkau tidak mau memakannya?” tanya majikannya lagi.
“Karena anda belum mengijinkan aku untuk makan dari kebun ini.” Jawab Mubarok. Pemilik kebun tadi menjadi terheran-heran dengan jawabannya itu ..
Tatkala ia tahu akan kejujuran budaknya ini, Mubarok menjadi besar dalam pandangan matanya, dan bertambah pula nilai orang ini di sisi dia. Kebetulan majikan tadi mempunyai seorang anak perempuan yang banyak dilamar oleh orang. Ia mengatakan, “Wahai Mubarok, menurutmu siapa yang pantas memperistri putriku ini?”
“Dulu orang-orang jahiliyah menikahkan putri-putri mereka lantaran keturunan. Orang Yahudi menikahkan karena harta, sementara orang Nashrani menikahkan karena keelokan paras. Dan umat ini menikahkan karena agama.” Jawab Mubarok.
Sang majikan kembali dibuat takjub dengan pemikirannya ini. Akhirnya majikan tadi pergi dan memberitahu isterinya, katanya, “Menurutku, tidak ada yang lebih pantas untuk putri kita ini selain Mubarok.”
Mubarok pun kemudian menikahinya dan mertuanya memberinya harta yang cukup melimpah. Di kemudian hari, isteri Mubarok ini melahirkan Abdullah bin al-Mubarok; seorang alim, pakar hadits, zuhud sekaligus mujahid. Yang merupakan hasil pernikahan terbaik dari pasangan orang tua kala itu. Sampai-sampai Al-Fudhoil bin ‘Iyadh Rohimahullah mengatakan -seraya bersumpah dalam perkataannya-, “Demi pemilik Ka’bah, kedua mataku belum pernah melihat orang yang semisal dengan Ibnu al-Mubarok.
Hari ini, kecurangan dan penipuan sudah semakin banyak terjadi dalam kehidupan sebagian orang. Sangat jarang kita temukan orang jujur lagi dipercaya dalam menunaikan amanah serta yang jauh dari sifat curang dan penipu.
Kalau akibat dari sebuah, perbuatan maksiat itu sudah maklum dan pasti di akhirat kelak, maka tempat kembalinya ketika di dunia lebih dekat lagi.

Keutamaan Shalat Tahajud

sumber: milis muslimah_sholehah
Siapa yang tidak ingin tampil cantik? Kecantikan merupakan merupakah satu hal yang sangat diinginkan oleh para wanita. Mereka para kaum Hawa itu banyak yang telah mencoba berbagai kiat, baik dengan menggunakan berbagai kosmetik, pemutih atau menggunakan lulur, ekstrak bengkoang dan lain-lain agar wajahnya putih alami dan berseri.
Terlepas dari keberhasilan semua trik-trik di atas yang notabene masih dipertanyakan terlebih lagi mengandung zat-zat kimia yang berbahaya, kenapa tidak menggunakan kiat yang satu ini?
Apa kiatnya? Yaitu shalat tahajjud di malam hari.
Berkata Imam Ibnul Qayyim, Sesungguhnya shalat malam itu dapat memberikan sinar yang tampak di wajah dan membaguskannya Ada sebagian istri yang memperbanyak pelaksanaan shalat malam. Ketika ditanyakan kepada mereka mengenai hal tersebut, mereka menjawab, Shalat malam itu dapat membaguskan wajah dan kami senang jika wajah kami menjadi lebih bagus.Demikian yang dituliskan oleh Mahmud Mahdi Al-Istanbuli di bukunya Kado Perkawinan halaman 312 ketika mengutip perkataan Ibnul Qayyim di buku Raudha Ath-Thalibin. [1]
Perlu juga diingat bahwa kiat ini bukan cuma monopoli kaum Hawa saja, kaum Adam pun perlu juga menerapkannya.
Keutamaan Shalat Tahajjud
Disamping hikmah diatas yang bisa di dapat dari melaksanakan shalat malam, shalat malam ini pun mempunyai keutamaan yang lain. Bahkan inilah yang lebih penting.
1. Allah akan mengangkat ke tempat yang terpuji, dalilnya adalah
“Dan pada sebagian malam hari bertahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.(Al Israa : 79).
2. Shalat malam dapat mendekatkan diri kepada Allah dan dapat menghapuskan dosa, dalilnya adalah
Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam karena shalat malam itu merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian, ibadah yang mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, serta penutup kesalahan dan penghapus dosa. (HR. Tirmidzi no. 3549, Al Hakim I/380, Baihaqi II/502. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaa Al Ghalil II/199/no. 452). [2]
3. Kemuliaan orang beriman ada pada shalat malam
Jibril berkata, Hai Muhammad, kemuliaan orang beriman ada dengan shalat malam. Dan kegagahan orang beriman adalah sikap mandiri dari bantuan orang lain. (Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 831). [3]
Shalat malam yang paling utama adalah pada sepertiga malam yang terakhir. Pada saat ini doa akan dikabulkan oleh Allah. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasannya Nabi pernah bersabda:
Allah turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir. Allah lalu berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepada-Ku tentu Aku ampuni.Demikianlah keadaannya hingga fajar terbit. (HR. Bukhari no. 145 dan Muslim no. 758). [4]
Bagaimana Agar Bisa Shalat Tahajjud?
Shalat malam termasuk ibadah yang berat, karena di saat kita terlelap dan masih mengantuk maka kita harus bangun untuk shalat. Berikut beberapa sebab agar kita dimudahkan untuk melaksanakan shalat malam.
1. Berusaha untuk tidur di awal malam dan menjauhkan diri dari begadang. Rasulullah membenci tidur sebelum Shalat Isyaa dan berbicara sesudah Shalat Isyaa. [5]
2. Ketika akan tidur, perhatikan adab-adab tidur, misalnya membaca doa sebelum tidur, membaca ayat kursi, membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah, membaca Surat Al Kaafirun, dll. [6]
3. Tidur sebentar di siang hari
4. Meninggalkan kemaksiatan, dosa dan perbuatan bid’ah
5. Berkeinginan kuat untuk shalat malam
6. Memasang jam beker. Bisa juga dengan saling membangunkan istri, suami, dan keluarga. Bahkan bisa dengan saling membangunkan tetangga atau teman dengan menelpon melalui handphone-nya. Saling berta’awun

Kamis, 18 Maret 2010

Dalil Dan Keutamaan Istighfar


Dijaman yang serba tidak menentu ini ada baiknya kita menjadikan Istighfar sebagai salah satu amalan kita, untuk lebih membuat kita semangat melakukannya berikut uraian manfaat dari ber Istighfar.

 
1. MENGGEMBIRAKAN ALLAH
Rasulullah bersabda, "Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan ontanya yang hilang di padang pasir." (HR.Bukhari dan Muslim).

2. DICINTAI ALLAH
Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri." (QS.al-Baqarah: 222). Rasulullah bersabda, "Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak berdosa."(HR.Ibnu Majah).

3. DOSA-DOSANYA DIAMPUNI
Rasulullah bersabda, "Allah telah berkata,'Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada-Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengamouni dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (beberapa banyak dosanya)."(HR.Ibnu Majah, Tirmidzi).
Imam Qatadah berkata,"Al-Qur'an telah menunjukkan penyakit dan obat kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah istighfar." (Kitab Ihya'Ulumiddin: 1/410).

4. SELAMAT DARI API NERAKA
Hudzaifah pernah berkata, "Saya adalah orang yang tajam lidah terhadap keluargaku, Wahai Rasulullah, aku takut kalau lidahku itu menyebabkan ku masuk neraka'. Rasulullah bersabda,'Dimana posisimu terhadap istighfar? Sesungguhnya, aku senantiasa beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari semalam'." (HR.Nasa'i, Ibnu Majah, al-Hakim dan dishahihkannya).

5. MENDAPAT BALASAN SURGA
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal."(QS.Ali'Imran: 135-136).

6. MENGECEWAKAN SYETAN
Sesungguhnya syetan telah berkata,"Demi kemulian-Mu ya Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup). Maka Allah menimpalinya,"Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku."(HR.Ahmad dan al-Hakim).

7. MEMBUAT SYETAN PUTUS ASA
Ali bin Abi thalib pernah didatangi oleh seseorang,"Saya telah melakukan dosa'.'Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi',kata Ali. Orang itu menjawab,'Saya telah bertaubat, tapi setelah itu saya berdosa lagi'. Ali berkata, 'Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi'. Orang itu bertanya lagi,'Sampai kapan?' Ali menjawab,'Sampai syetan berputus asa dan merasa rugi."(Kitab Tanbihul Ghafilin: 73).

8. MEREDAM ADZAB
Allah berfirman,"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun."(QS.al-Anfal: 33).

9. MENGUSIR KESEDIHAN
Rasulullah bersabda,"Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya, dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka."(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

10.MELAPANGKAN KESEMPITAN
Rasulullah bersabda,"Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka,"(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

11.MELANCARKAN RIZKI
Rasulullah bersabda,"Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rizkinya karena dosa yang dilakukannya."(HR.Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).

12.MEMBERSIHKAN HATI
Rasulullah bersabda,"Apabila seorang mukmin melakukan suatu dosa, maka tercoretlah noda hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkannya dan beristighfar, maka bersihlah hatinya."(HR.Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi).

13.MENGANGKAT DERAJATNYA DISURGA
Rasulullah bersabda,"Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba di surga. Hamba itu berkata,'Wahai Allah, dari mana saya dapat kemuliaan ini?' Allah berkata,'Karena istighfar anakmu untukmu'."(HR.Ahmad dengan sanad hasan).

14.MENGIKUTI SUNNAH RASULULLAH
Abu Hurairah berkata,"Saya telah mendengar Rasulullah bersabda,'Demi Allah, Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah (beristighfar) dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali'."(HR.Bukhari).

15.MENJADI SEBAIK-BAIK ORANG YANG BERSALAH
Rasulullah bersabda,"Setiap anak Adam pernah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat."(HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim).

16.BERSIFAT SEBAGAI HAMBA ALLAH YANG SEJATI
Allah berfirman,"Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdo'a:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,"(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta'at, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah), dan yang memohon ampun (beristighfar) di waktu sahur."(QS.Ali'Imran: 15-17).

17.TERHINDAR DARI STEMPEL KEZHALIMAN
Allah berfirman,"...Barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim."(QS.al-Hujurat: 11).

18.MUDAH MENDAPATKAN ANAK
Allah berfirman,"Maka aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS.Nuh: 10-12).

19.MUDAH MENDAPATKAN AIR HUJAN
Ibnu Shabih berkata,"Hasan al-Bashri pernah didatangi seseorang dan mengadu bahwa lahannya tandus, ia berkata, 'Perbanyaklah istighfar'. Lalu ada orang lain yang mengadu bahwa kebunnya kering, ia berkata, 'Perbanyaklah istighfar'. Lalu ada orang lain lagi yang mengadu bahwa ia belum punya anak, ia berkata,'Perbanyaklah istighfar'.(Kitab Fathul Bari: 11/98).

20.BERTAMBAH KEKUATANNYA
Allah berfirman,"Dan (dia berkata):"Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa."(QS.Hud: 52).

21.BERTAMBAH KESEJAHTERAANNYA
Allah berfirman,"Maka aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai."(QS.Nuh: 10-12).

22.MENJADI ORANG YANG BERUNTUNG
Allah berfirman,"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."(QS.an-Nur: 31).
Aisyah berkata,"Beruntunglah, orang-orang yang menemukan istighfar yang banyak pada setiap lembar catatan harian amal mereka."(HR.Bukhari).

23.KEBURUKANNYA DIGANTI DENGAN KEBAIKAN
Allah berfirman,"Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS.al-Furqan: 70).
"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat."(QS.Hud: 114).

24.BERCITRA SEBAGAI ORANG MUKMIN
Rasulullah bersabda,"Tidak seorangpun dari umatku, yang apabila ia berbuat baik dan ia menyadari bahwa yang diperbuat adalah kebaikan, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan. Dan tidaklah ia melakukan suatu yang tercela, dan ia sadar sepenuhnya bahwa perbuatannya itu salah, lalu ia mohon ampun (beristighfar) kepada Allah, dan hatinya yakin bahwa tiada Tuhan yang bisa mengampuni kecuali Allah, maka dia adalah seorang Mukmin."(HR.Ahmad).

25.BERKEPRIBADIAN SEBAGAI ORANG BIJAK
Seorang ulama berkata,"Tanda orang yang arif (bijak) itu ada enam. Apabila ia menyebut nama Allah, ia merasa bangga. Apabila menyebut dirinya, ia merasa hina. Apabila memperhatikan ayat-ayat Allah, ia ambil pelajarannya. Apabila muncul keinginan untuk bermaksiat, ia segera mencegahnya. Apabila disebutkan ampunan Allah, ia merasa gembira. Dan apabila mengingat dosanya, ia segera beristighfar." (Kitab Tanbihul Ghafilin: 67).

Manfaat (fadhilah) Istighfar


Segala puji bagi Allâh, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasul-Nya yang terpercaya, keluarga, para shahabat serta orang yang mengikuti beliau hingga hari Kiamat, wa ba’du:
Berikut ini kami ketengahkan beberapa bahasan secara ringkas mengenai “Istighfar: keutamaan, waktu dan lafazhnya”. Kami memohon kepada Allâh agar menjadikan tulisan ini bermanfa’at.
Diriwayatkan oleh HR. Bukhori, Nabi SAW bersabda “Istighfar paling utama yaitu engkau akan membaca : Allaahumma anta robbi, laa ilaa haillaa anta … (Syaidul Istighfar)”
Istighfar sendiri berarti memohon ampun atas dosa yang kita lakukan, sengaja atau tidak, kita ketahui atau tidak. Allah sendiri memerintahkan kita untuk selalu beristighfar karena kita senantiasa berbuat dosa.
Istighfar cukup dengan lafadz “Astaghfirullahhal ‘adzim” yang berarti Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung
Namun sesuai dengan Hadist Nabi SAW, Istighfar paling utama adalah Syaidul Istighfar. Adapun keistimewaan Istighfar tersebut selain sebagai Istighfar / Doa Memohon Ampun adalah (diriwayatkan oleh HR. Bukhori) bahwa “… Apabila Istighfar ini (Syaidul Istighfar) dibacanya di waktu sore lalu ia meninggal dunia, niscaya ia masuk surga atau (perawi ragu – ragu) ia tergolong salah satu penghuni surga. Dan apabila ia baca di waktu pagi hari lalu ia meninggal dunia pada hari itu, begitu pula”
I. Manfaat dan Keutamaan Istighfar
1. Istighfar merupakan bentuk keta’atan kepada Allâh ‘Azza Wa Jalla
Hamba yang taat adalah hamba yang selalu mohon ampun kepada Allah “Azza Wa Jalla. Banyanyak perintah Allah dalam Al Qur’an yang menyuruh hambaNya untuk beristighfar.
2. Istighfar merupakan sebab untuk diampuninya dosa
Istighfar merupakan sebab untuk diampuninya dosa, sebab turunnya hujan, mendapatkan harta dan anak serta masuknya manusia ke dalam surga. Nabi Nuh berkata ketika mendakwahi kaumnya, sebagimana firman Allah (artinya): “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Q.,s. Nûh:10-12)
3, Kekuatan menjadi bertambah dengan istighfar
Kekuatan menjadi bertambah dengan istighfar, Allah Ta’ala berfirman (artinya), Dan (Hud berkata):”Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”.(Q.,s.Hûd:52)
4. Penyebab Mendapatkan Kesenganan yang Baik
Ia merupakan sebab mendapatkan kesenangan yang baik, serta menjadi sebab masing-masing orang yang memiliki keutamaan berhak mendapatkan keutamaannya. Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (Q.,s.Hûd:3).
5. Terhindar dari Azab Allah
Allah tidak akan mengazab orang yang selalu beristighfar. Dia telah berfirman (artinya), “Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Q.,s.al-Anfâ l:33)
6. Meupakan Kebutuhan Seorang Hamba
Ia dibutuhkan oleh hamba-hamba Allâh karena mereka selalu berbuat kesalahan sepanjang malam dan siang hari. Jadi, bila mereka beristighfar, Allâh pasti mengampuni mereka.
7. Penyebab Turunnya Rahmat Allah
Rahmat akan turun dengan sebab istighfar. Allah Ta’ala berfirman, “Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.”(Q.,s.an-Naml: 46)
8. Kaffarat (Penebus Dosa)
Istighfar merupakan kaffarat (penebus dosa) yang dilakukan dalam suatu majlis.
9.Mengikuti Sunnah Nabi
Melakukannya berarti meneladani Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam sebab beliau beristighfar di dalam satu majlis sebanyak 70 kali. Dalam riwayat yang lain disebutkan, sebanyak 100 kali.
II. Beberapa Ungkapan Mengenai Istighfar
Diriwayatkan dari Luqman ‘alaihissalâm bahwa dia berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku! Biasakanlah lisanmu mengucapkan:
“Ya Allâh! ampunilah aku”, sebab Allâh menyediakan waktu-waktu dimana Dia Ta’âla tidak menolak doa orang yang berdoa kepada-Nya.”
‘Aisyah radhiallaahu ‘anha berkata, “Beruntunglah orang yang mendapatkan di dalam shahîfah (lembaran amalnya) istighfar yang banyak.”
Qatâdah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an ini menunjukkan kepada kalian penyakit dan obat; penyakit itu adalah dosa-dosa sedangkan obatnya adalah istighfar.”
Abu al-Minhâl berkata, “Tidak ada tetangga (teman dekat) yang lebih dicintai oleh seorang hamba kelak di kuburnya selain istighfar.”
al-Hasan berkata, “Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah kalian, di hadapan hidangan-hidangan, di jalan-jalan, pasar-pasar serta majlis-majlis sebab kalian tidak tahu kapan ampunan-Nya akan turun.”
Seorang Arab Badui (orang yang biasa hidup di pedalaman gurun pasir) bertutur, “Barangsiapa yang mendiami bumi kami ini, maka hendaklah dia memperbanyak istighfar sebab bersama istighfar itulah terdapat awan tebal yang membawa curahan hujan.” (maksudnya istighfar itu merupakan sebab turunnya hujan-penj., )
III. Waktu-waktu Beristighfar
Istighfar disyari’atkan di dalam setiap waktu, tetapi ia menjadi wajib ketika melakukan dosa-dosa dan menjadi sunnah/sangat dianjurkan seusai melakukan perbuatan-perbuatan baik, seperti beristighfar 3 kali setelah shalat, setelah haji dan lain-lain.
Juga, dianjurkan pada waktu sahur sebab Allâh memuji orang-orang yang beristighfar pada waktu-waktu sahur tersebut.
IV. Lafazh-lafazh Istighfar
Adapun bacaan Syaidul Istighfar adalah sebagai berikut :
Allahumma anta rabbi, laa ilaaha illa anta khalqtani, wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, a’udzubika min syarri ma shona’tu, abu – ulaka bi ni’matika ‘alayya, wa abu – u bi dzanbi faghfirli fa innahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, yang tiada Tuhan yang pantas disembah melainkan Engkau yang telah menciptakan diriku. Aku adalah hamba – Mu, dan aku berada dalam perintah dan perjanjian – Mu, yang dengan segala kemampuanku, perintah – Mu aku laksanakan. Aku berlindung kepada – Mu dari segala kejelekan yang aku perbuat terhadap – Mu. Engkau telah mencurahkan nikmat – Mu kepadaku, sementara aku senantiasa berbuat dosa. Maka ampunilah dosa – dosaku. Sebab tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.
Wabillahi taupiq wal hidayah
Wa’alaikum salam Warahmatullahi wabarakatuh

Rabu, 17 Maret 2010

REKAYASA KONFLIK SYIAH SUNNI


Oleh: DR. Izzuddin Ibrahim.
Kairo.
Alih bahasa: M Turkan
Derita Muslim Syiah maupun Sunni di dunia tak pernah berujung. Setiap ada aksi teror, media masa melukiskannya sebagai aksi pembantaian kaum Muslim Syiah atas Sunni, ataupun sebaliknya. Sepertinya aksi-aksi seperti ini akan terus bergulir mengingat isu ini adalah isu yang paling baik untuk pecah belah persatuan Islam.
Tulisan dibawah ini adalah buku yang ditulis oleh tokoh Ikhwanul Muslimin DR. Izzuddin Ibrahim yang membawakan fakta dan data bahwa konflik Sunni dan Syiah adalah konflik rekayasa dari musuh-musuh Islam.
Kemenangan gerakan kebangkitan rakyat Islam dan bangsa revolusioner Iran yang kelihatannya mustahil, telah membuat Barat ketakutan. Jadi, sesuai kemampuannya mereka selalu berusaha agar para revolusioner Islam tidak bisa meraih kekuatan.
Sejak awal abad 19, dunia Islam berhadapan dengan tantangan modern yang datang dari Barat hasil Revolusi Industri dan kedengkian. Tantangan ini pada tahap awalnya dipengaruhi oleh sentimen Salibisme kuno dan dimulainya serangan Prancis. Ancaman ini menumbangkan sistem politik kita yang terjelma dalam ‘khilafah’. Mereka menduduki negeri-negeri kita dan menyerang kita lewat pemikiran dan budaya dengan memaksakan sistem-sistem sekularisme yang lemah.
Lebih dari 30 tahun lalu, tantangan ini telah melaksanakan tugas paling berbahayanya, yaitu mendirikan rezim palsu Yahudi di jantung dunia Islam dan mendudukkan koloni serta antek-anteknya di sebuah negeri yang telah mereka rampas.
Hal ini tercipta lewat sebuah sistem yang terprogram dan busuk, bahwa pengukuhan kepentingan ini hanya dapat dijalankan dengan mendirikan Israel. Pendirian Israel melazimkan penghancuran khilafah dan keberlangsungan keberadaan Israel dan menuntut sistem-sistem pemerintahan dalam negara-negara Islam menjadi boneka dan bergantung pada kekuatan imperialis. Oleh karena itu, semua rezim-rezim ini adalah bayi alamiah dan logis yang lahir dari rahim imperialis yang pada hakikatnya merupakan sisi lain dari sekeping mata uang Israel. Sampai beberapa tahun yang lalu, masalah-masalah ini terlihat sedemikian rupa dan kekuatan Barat mengira bahwa mereka telah menghantamkan pukulan terakhirnya pada peradaban Islam yang telah loyo dan lemah. Namun, Revolusi Islam Iran tiba-tiba muncul dan melepaskan anak panah perlawanan pertamanya ke arah Barat. Kemenangan revolusi Islam ini adalah kemenangan pertama Islam dalam era kontemporer. Kehidupan dan kegembiraan yang dikira telah mati dalam tubuh ini telah kembali dan sekarang bangkit lagi dan berdiri tegak dengan segarnya. Dari mana? Setelah pengaruh busuk musuh sangat kental, kuat dan liar, maka tibalah tahapan baru. Kita telah memahami hakikat kita dan kita ingin bangkit setelah menahan penghinaan selama dua abad dan keterbelakangan serta kebodohan selama berabad-abad.
Revolusi Islam terus maju agar mampu menanamkan berbagai pemahaman dan pemikiran. Sebagian pemahaman dan pemikiran itu adalah:
1- Revolusi Islam telah menghapus keperkasaan kekuatan adi daya dari benak semua pihak -khususnya kaum muslimin dan tertindas di dunia.
2- Setelah mencampakkan model Barat ke dalam kursi tergugat, Revolusi Islam mengenalkan peradaban baru kepada umat manusia. Dalam hal ini, Roger Garoudy pemikir Perancis berkata: “Imam Khomeini telah membuang pola dan sistem pembangunan ala Barat ke kursi tergugat.” Kemudian dia berkata : “Imam Khomeini telah memberikan makna dalam kehidupan rakyat Iran.”
3- Setelah lebih dari satu abad upaya-upaya untuk menyingkirkan kekuatan dan pengaruh Islam, revolusi Islam malah mengokohkan peranan bersejarah Islam dalam kehidupan negara-negara di kawasan.
Tetapi, apakah Barat dan para bonekanya akan membiarkan Revolusi Islam maju begitu saja dan kemudian berhadap-hadapan dengan Barat serta menghancurkan kekuatannya? Apakah mereka akan diam saja melihat semangat dan kegembiraan yang muncul dalam tubuh umat Islam, seperti kegembiraan karena turunnya hujan setelah penantian yang cukup panjang? Apakah mereka akan membiarkan semangat dan harapan Islami yang telah diciptakan Revolusi menuai hasilnya?
Kemenangan gerakan kebangkitan rakyat Islam dan bangsa revolusioner Iran yang kelihatannya mustahil telah membuat Barat ketakutan. Jadi, sesuai kemampuannya mereka selalu berusaha agar para revolusioner Islam tidak bisa meraih kekuatan. Tetapi, ketika Barat berada dalam tahap ini pun mereka kalah, lalu mereka berusaha bergerak dalam beberapa poros yang saling terkait:
1- Mulai memprovokasi kaum minoritas dengan memanfaatkan kegamangan yang ada setelah kemenangan Revolusi Islam.
2- Melindungi berbagai kelompok pembangkang Iran, baik dari kelompok kerajaan dan SAVAK (intel Syah) atau kelompok sekuler dan memanfaatkan mereka untuk menentang Revolusi Islam.
3- Memberlakukan embargo ekonomi dan politik atas Iran yang dipimpin oleh Amerika dan Eropa. Embargo ini yang terlihat jelas dimulai sejak krisis tawanan mata-mata Amerika di Tehran.
4- Menggelar serangan dari luar lewat Saddam Husein dan tentara Irak.
5- Menyebar fitnah di antara dua sayap umat -Sunni dan Syiah- sebagai usaha terakhir untuk mengepung gerakan Revolusi Islam dan mencegahnya sampai ke daerah berpenduduk Sunni, baik kawasan-kawasan penghasil minyak atau negara-negara tetangga Israel.
Ketika pemberontakan kaum minoritas jelas-jelas telah ditumpas dan kelompok-kelompok kerajaan dan sisa-sisa oposisi sekuler telah hancur, dan ketika Revolusi berhadapan dengan embargo sedemikian rupa, Imam Khomeini malah menyebutnya sebagai ‘berita baik’ dan kepada para mahasiswa pengikut setianya, beliau berkata: “Kita tidak bangkit dengan revolusi untuk mengenyangkan perut. Jadi ketika mereka menakut-nakuti kita dengan kelaparan, mereka harus tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Kita bangkit demi Islam, sebagaimana Nabi Muhammad saww bangkit. Dan kita tidak berhadapan dengan masalah sebagaimana yang dihadapi Nabi Muhammad saw. Jika anda tidak berada dalam tekanan, maka Anda tidak akan berpikir maksimal.”
Para pelaku serangan dari luar juga jatuh tersungkur dalam sumur yang digalinya sendiri, dengan sakit, luka, penyesalan dan kekalahan telak. Tetapi mereka sendiri mengakui bahwa poros kelima -menciptakan fitnah di antara Syiah dan Sunni- cukup berhasil. Namun demikian, umat Islam akan segera memahami setan mana yang meniupkan api fitnah dan akan mengetahui bahwa fitnah ini adalah palsu dan kekuatan imperialis-lah yang ingin menyudutkan negara-negara Islam, sehingga negara-negara Islam harus berhadapan dengan perbuatan-perbuatan buruk mereka.
Kekuatan imperialis dan negara-negara boneka, para raja minyak hedonis -boneka-boneka mainan- memahami dengan baik bahwa peperangan ini tidak membutuhkan senjata dan tentara, tetapi membutuhkan pemimpin yang memberikan ‘fatwa’. Maka mereka membiarkan peranan yang diinginkannya yang dimainkan lewat kepala-kepala bersorban dan janggut-janggut berjurai, baik di dalam atau di luar institusi resmi negara.
Sebagian mereka menentang Revolusi Islam dengan serangan isu-isu yang membingungkan. Seolah-olah merekalah yang melahirnya menemukan bahwa Revolusi ini adalah Revolusi Syiah sementara Syiah adalah sebuah golongan sesat atau kafir! Dan Ayatullah Khomeini yang dengan duduk di sajadahnya telah mampu mengguncang kekuasaan kerajaan yang sebenarnya mereka adalah orang tersesat dan kafir! Adegan seorang pemuda Islam yang memegang sebuah buku Saudi yang penuh dengan tuduhan, distorsi dan cacian terulang kembali di depan mata kita. Dia membawa buku tersebut ke masjid suci, sembari menjelaskan berbagai kesesatan!
Poin ini dapat dipahami bahwa sebagian para pemuda itu melakukannya dengan niat baik dan menyangka bahwa perbuatan tersebut benar-benar hanya untuk Allah. Kapankah pemuda ini mengetahui bahwa lewat niat baiknya itu dia telah melaksanakan sebuah program imperialis? Dan bagaimana dia bisa membebaskan dirinya sebelum semuaya terlambat?
Umat Islam harus memandang dengan keraguan dan curiga kepada orang-orang yang menampakkan keislaman dirinya, sementara mereka membenci Revolusi Islam. Umat juga harus curiga pada keinginan, niat dan tujuan orang-orang tersebut.
Masalah menakjubkan dari mereka ini adalah, meraka telah menjadikan gerakan Islami berhadapan dengan sebuah jalan buntu yang berbahaya dan tidak ada duanya, sebab kehadiran musuh-musuh Revolusi dalam barisan-barisan gerakan Islam tidak bisa dibenarkan dan gerakan hakiki Islam tidak punya pilihan lain selain menyingkirkan mereka dari barisannya, cepat atau lambat.
Mereka-mereka yang ingin menghancurkan model sempurna Iran dalam kepribadian Islami terutama dalam memandang masalah negeri pendudukan Palestina sebenarnya hanya akan menghancurkan dirinya, sebab mereka telah berdiri menentang gerakan maju sejarah dan berhadapan dengan sebuah Revolusi Islami yang dalam piagam Ikhwanul Muslimin, pemimpinnya disebut sebagai ‘kebanggaan bagi Islam dan kaum muslimin’.
Saya tidak tahu bagaimana menanggapi ucapan seorang pemuda muslim kepada saya: Sebuah keanehan atau tidak? Sebab pemuda ini telah keliling ke beberapa negara Islam, tetapi tidak menemukan hal yang lebih buruk dari serangan yang dilakukan beberapa oknum yang berlahiriyah keislaman di negeri Palestina pendudukan terhadap Revolusi Islam. Sedangkan pemuda ini juga tidak melihat satu negara manapun yang lebih bersemangat dan berharap pada Revolusi Islam lebih dari Palestina.
Setelah pengantar ini, dalam pembahasan singkat ini saya akan berusaha menyingkap beberapa hakikat penting kepada kaum muslimin umumnya dan para pembesar berbagai gerakan Islami secara khusus. Saya tidak ingin berbicara berdasarkan ijtihad saya bahwa Syiah dan Sunni adalah sesama saudara dalam Islam, hanya pandangan dan ijtihad dalam memahami Kitab dan Sunnah saja yang membuat mereka terpisah dan perbedaan ini tidak merusak persaudaraan mereka dan tidak membuat yang lain keluar dari Islam dalam pandangan yang lainnya.
Saya tidak ingin membawa dalil-dalil agama yang pasti berakhir pada kesimpulan yang pasti dan jelas ini, sebab hal ini adalah pembahasan lain. Dan di era ini, ketika ketidaktahuan dan fanatisme buruk dari sebuah kelompok sangat tinggi, kita terpaksa harus membahasnya, tetapi saya akan membahasnya dari sisi lain dan sisi yang lebih sempurna. Saya akan berusaha menjelaskan posisi dan pendapat para tokoh, pemikir dan penguasa muslim yang kepemimpinannya disepakati oleh berbagai gerakan Islami.
Saya dengan baik memahami bahwa masalah anti Revolusi Islam Iran dan kebisingan yang dibuat oleh sejumlah anggota dan pimpinan gerakan Islami berkaitan dengan masalah Sunni dan Syiah bukanlah masalah yang berakar dan hakiki, tetapi masalah baru yang dipaksakan pihak lain pada para pemuda yang penuh keikhlasan dan kesucian ini. Sebagaimana yang telah saya sebutkan: Setelah beberapa waktu mereka diletakkan dalam lingkaran keraguan dan keputusasaan, tiba-tiba bagi mereka diungkapkan bahwa Revolusi yang telah menghidupkan harapan dan memberi hasil bukanlah sebuah revolusi Islam tetapi sebuah revolusi Syiah! Dan Syiah adalah kafir!
Muhibbuddin Khatib, penulis buruk asal Arab Saudi yang bukunya telah dicetak beberapa kali di Arab Saudi (dalam 50.000 eksemplar) membawa berbagai dalil tentang kekafiran dan kesesatan serta keluarnya Syiah dari Islam. Dia menyebutkan bahwa Syiah memiliki Al-Qur’an yang berbeda dengan Al-Qur’an yang kita miliki, dan berbagai kebatilan dan isu-isu semisal ini.
Sebagian kalangan yang menyebarluaskan pemikiran Khatib yang salah dan sesat, malah lalai akan pemikiran-pemikiran para tokoh islamis terkenal lainnya dalam gerakan mereka.
Tapi kita tahu bahwa Khatib adalah salah satu orang yang memerangi pemerintahan Khilafah Islami dan bergabung dengan salah satu gerakan kesukuan -para tokoh pemuda Arab- dan setelah rahasianya terbongkar ketika dia sedang belajar di Bab ‘Aali, pada tahun 1905 Masehi dia melarikan diri ke Yaman. Ketika Syarif Husein mengumumkan Revolusi Arab, Khatib pun bergabung dengannya. Kemudian Khilafah menjatuhi hukuman mati terhadapnya. Khatib tidak kembali ke Damaskus kecuali setelah kekalahan tentara Turki Usmani dan masuknya tentara Arab ke Damaskus! Dan setelah itu, dia menjadi pimpinan surat kabar pertama Arab bernama al-‘Ashimah.[1]
Sekarang, mari kita kembali menganalisa sikap dan pendapat para pemimpin berbagai gerakan Islami dan pemikir Islam berkaitan dengan fitnah yang haram ini dan hiruk pikuk buatan yang sangat disesalkan ini.
Imam Syahid Hasan al-Banna, adalah pembawa panji gerakan Islam terbesar era modern dan salah satu tokoh ide kedekatan antara Syiah dan Sunni. Beliau juga merupakan salah satu pendiri dan tokoh berpengaruh dalam aktivitas “Jamaah Taqrib Baina Al-Mazhahib Al-Islamiyah” di Kairo, padahal sebagian kalangan menyebut pendekatan mazhab mustahil tercapai. Tetapi al-Banna dan sekelompok pembesar dan ulama Islam menganggapnya mungkin dan bisa terjadi. Mereka sepakat agar semua muslimin (Sunni dan Syiah) berkumpul bersama dalam keyakinan-keyakinan dan prinsip yang disepakati dan dalam hal-hal yang bukan merupakan syarat iman dan bukan bagian dari tiang-tiang agama dan secara lazim tidak mengingkari pembahasan agama yang jelas, kaum muslimin harus menghargai keyakinan masing-masing.
DR. Abdulkarim Biazar Shirazi dalam buku Wahdat Islami yang terdiri atas makalah para ulama Syiah dan Sunni yang telah dicetak dalam majalah Risalatul Islam dan telah dicetak oleh Darut Taqrib Mesir, tentang Jamaah Taqrib berkata:
“Mereka sepakat mengumumkan bahwa: Seorang muslim adalah orang yang mengimani dan meyakini Allah Tuhan alam semesta, Muhammad saw nabi yang tidak ada lagi nabi setelahnya, Al-Qur’an kitab samawi, Ka’bah kiblat dan rumah Allah, lima rukun yang diakui, hari kiamat serta melaksanakan hal-hal yang dianggap penting. Rukun-rukun ini -yang disebutkan sebagai contoh- telah disepakati oleh para peserta pertemuan, utusan-utusan mazhab yang empat dan utusan-utusan Syiah dari mazhab Imamiah dan Zaidiyah.”[2]
Pertemuan tersebut dihadiri oleh Syaikh al-Azhar yang juga Otoritas Fatwa Tertinggi saat itu, Imam Besar Abdulmajid Salim, Imam Mustafa Abdurrazzaq dan Syaikh Shaltut.
Penulis memang tidak menemukan info sempurna tantang peranan khusus Imam Syahid Al-Banna dalam hal ini, tetapi salah satu pemikir Ikhwanul Muslimin Ustad Salim Bahansawi dalam bukunya berkata:
“Sejak Jamaah Taqrib antara mazhab-mazhab Islam didirikan dan Imam Hasan al-Banna dan Ayatullah Qumi berperan dalam pendiriannya, kerja sama antara Ikhwanul Muslimin dan Syiah tercipta, yang pada kelajutannya terjadi kunjungan Syahid Nawwab Safavi ke Mesir pada tahun 1954.[3] Dalam kitab itu, dia melanjutkan: “Tidak heran jika garis kebijakan dan metode kedua kelompok berakhir dengan kerja sama ini.”
Demikian pula, sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam ritual haji tahun 1948 Masehi, Imam al-Banna bertemu dengan Ayatullah Kas اani, ulama besar Syiah, dan di antara keduanya tercapai beberapa kesepakatan.
Salah satu tokoh kontemporer dan berpengaruh Ikhwanul Muslimin dan salah satu murid Imam Syahid adalah Ustad Abdul Muta’al Jabri yang menurut kutipan Roober Jakcson, menulis dalam bukunya:
“Jika usia pria ini -Hasan al-Banna- panjang mungkin saja mayoritas muslimin, hal-hal penting bagi kedua negara ini akan terwujud, khususnya jika Hasan Al-Banna dan Ayatullah Kashani, tokoh Iran, sepakat dalam penghapusan masalah pertentangan (ikhtilaf) antara Syiah dan Sunni. Keduanya bertemu pada ritual haji tahun 1948 Masehi dan kelihatannya telah menyepakati beberapa poin penting, tetapi Hasan Al-Banna telah diteror tidak pada waktunya.”[4]
Ustad Jabri menjelaskan: “Ucapan Weber benar, dengan insting politiknya dapat dirasakan usaha Imam dalam pendekatan mazhab-mazhab Islam. Jadi jika dia sadar dengan peranan besar Imam al-Banna dalam hal ini (yang waktu ini bukan saatnya membahas tentang bagaimana pernanan itu), apa yang akan dikatakannya?”
Dari beberapa hal ini, kita bisa menarik beberapa hakikat penting, antara lain:
1- Setiap Syiah dan Sunni memandang satu sama lainnya sebagai muslim.
2- Pertemuan dan kesepakatan kedua ulama ini dan menyingkirkan pertentangan adalah hal penting dan tidak bisa diingkari dan tanggung jawab ini berada di pundak gerakan islami yang sadar dan berpegang teguh pada perjanjian.
3- Imam Syahid Hasan al-Banna juga telah berusaha sekuat mungkin dalam masalah ini.
DR. Ishaq Musawi Husaini, dalam kitab al-Ikhwanul Muslimin…Kubra Al-Hakarat Al-Islamiyah Al-Haditsah[ 5] menulis: Sebagian mahasiswa (Syiah) yang sedang belajar di Mesir telah bergabung dengan Ikhwan. Ketika Nawwab Safavi mengunjungi Suriah dan bertemu dengan Mustafa Subai, Sekjen Ikhwanul Muslimin di sana, Subai kepada Nawwab mengadukan kekecewaannya terhadap sikap sebagian pemuda Syiah yang bergabung dengan gerakan sekuler dan nasionalis. Nawwab Safavi naik ke atas mimbar dan di depan kelompok Syiah dan Sunni berkata: “Siapa saja yang ingin menjadi Syiah hakiki Ja’fari harus bergabung dengan barisan Ikhwanul Muslimin”. Tapi, siapakah Nawwab Safawi? Dia adalah pimpinan organisasi “Martir-Martir Islam” yang Syiah.
Ustad Muhammad Ali Dhanawi, mengutip dari Bernard Louis: “Selain mengikuti mazhab Syiah, mereka juga memiliki ide tentang persatuan Islam dan memiliki banyak kesamaan dengan Ikhwan Mesir dan mereka saling berhubungan.” [6] Ketika menganalisa prinsip dasar organisasi Martir-Martir Islam, Ustad Dhanawi menemukan bahwa:
“Pertama: Islam adalah sebuah sistem integral bagi kehidupan. Kedua: Kecenderungan terpecah belah dalam berbagai firqah di kalangan muslimin yaitu Sunni dan Syiah adalah kecenderungan yang tertolak.” Kemudian, dia mengutip ucapan Nawwab: “Mari kita upayakan persatuan Islam dan kita lupakan segala sesuatu yang bukan bagian dari jihad kita demi kemuliaan Islam. Apakah belum tiba saatnya kaum muslimin memahami hakikat dan meninggalkan pertentangan antara Syiah dan Sunni?”
Ustad Fathi Yakan menjelaskan peristiwa kunjungan Nawwab Safawi ke Mesir dan semangat serta sambutan Ikhwanul Muslimin ketika menyambutnya. Kemudian, berkaitan dengan hukuman mati dari Syah untuk Nawwab, dia berkata:
“Hukuman zalim ini diprotes dengan sangat keras di negara-negara Islam. Kaum muslimin dari seluruh dunia yang menghargai keberanian dan jihad Nawwab Safavi sangat terguncang dan menentang hukum tersebut serta mengutuk hukuman mati yang dijatuhkan atas mujahid mukmin itu lewat telegram. Hukuman mati Nawwab Safavi merupakan peristiwa tragis dalam era kontemporer.”[7]
Demikianlah, bukan hanya seorang muslim Syiah yang dalam pandangan Ustad Fathi Yakan dianggap sebagai salah satu syuhada Ikhwan, tetapi dia yakin bahwa Nawwab dan para pendukungnya telah bergabung bersama rombongan syuhada dengan kesyahidan mereka. Syahid-syahid kekal yang darahnya akan menjadi pelita yang akan menerangi jalan kebebasan dan pengorbanan para generasi muda. Dan memang demikian adanya, dan tidak lama setelah itu terjadi Revolusi Islam yang menghantam kekuasaan Syah yang despotik. Syah terkatung-katung dan terusir. Dan terwujudlah firman Allah swt:
وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ، إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ، وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ [8]
Demikianlah, janji Kami tentang hamba-hamba yang Kami utus. Sesungguhnya mereka akan tertolong dan pasukan Kami pasti akan menang.
Setelah pengumuman tentang pengakuan eksistensi rezim zionis Israel oleh Iran di zaman rezim, Ustad Fathi Yakan berkata:
“Bangsa Arab semestinya mencari Nawwab dan para pendukungnya di Iran. Tetapi negara-negara Arab tidak juga memahaminya sampai saat ini dan tidak mengetahui bahwa gerakan islamiyah adalah satu-satunya penolong dalam masalah-masalah muslimin di luar Arab. Apakah Nawwab lain akan muncul di Iran?” [9]
Oleh karena itu, Ustad Yakan sedang menanti Nawwab lain. Jadi -sumpah demi Allah- mengapa ketika Nawwab dan orang yang lebih besar dari Nawwab datang, sebagian marah dan sebagian lagi malah menjadi demam?!
Majalah al-Muslimun yang diterbitkan Ikhwanul Muslimin, dalam salah satu edisinya berjudul “Bersama Nawwab Safavi” menulis: “Syahid yang mulia, Nawwab Safavi, memiliki hubungan erat dengan al-Muslimun dan pada bulan Januari 1954 Masehi tinggal kantor majalah di Mesir sebagai tamu.”[10]
Kemudian, berkaitan dengan pendapat Nawwab tentang para tahanan dari kelompok Ikhwan, majalah ini menulis:
“Ketika pembesar-pembesar Islam di mana saja menjadi sasaran para taghut, kaum muslimin harus menutup mata dari perselisihan antara mazhab dan harus bersama-sama merasakan penderitaan dan kesedihan saudara-saudaranya yang dizalimi ini. Tidak bisa diragukan lagi bahwa dengan perjuangan Islam, kita bisa menggagalkan usaha musuh untuk menciptakan perpecahan di antara kaum muslimin. Keberadaan berbagai mazhab dalam Islam bukanlah bahaya dan kita juga tidak bisa menghapuskan mazhab-mazhab itu. Apa yang harus kita cegah adalah penyalahgunaan kondisi ini oleh kalangan tertentu.”[11]
Di akhir makalah, majalah ini mengutip ucapan Nawwab Safavi:
“Kami yakin bahwa kami pasti akan terbunuh. Jika tidak hari ini, mungkin besok. Tetapi darah dan pengorbanan kami akan menghidupkan Islam dan akan membangkitkan Islam. Islam hari ini membutuhkan darah dan pengorbanan, tanpa keduanya, Islam tidak akan pernah bangkit lagi.
Sebelum kita akhiri pembahasan tentang hubungan Ikhwanul Muslimin dengan Syiah, kami harus menyebutkan bahwa Ustad Abdul Majid al-Zandani, Sekjen Ikhwanul Muslimin -sampai dua tahun lalu- yang berada dalam tahanan di Utara Yaman adalah Syiah[12] dan sebagian besar anggota Ikhwan di Utara Yaman adalah Syiah.
Sekarang, kita kembali ke masalah Jamaah Taqrib agar kita bisa mendengar ucapan anggota penting Jamaah, pemimpin besar, Mahmud Syaltut, Syaikh Al-Azhar. Dia berkata:
“Saya meyakini ide taqrib ini sebagai sebuah garis kebijakan yang benar dan sejak awal saya ikut berperan dalam Jamaah.”[13]
Kemudian beliau berkata:
“Al-Azhar Al-Syarif saat ini mengakui hukum dasar (dasar taqrib di antara pemeluk berbagai mazhab) dan akan menganalisa fikih mazhab-mazhab Islami dari Sunni sampai Syiah; analisa yang berlandaskan dalil dan argumentasi serta tanpa mengedepankan fanatisme kepada ini dan itu.” [14]
Selanjutnya beliau berkata:
“Andai saya bisa berbicara pada pertemuan-pertemuan Daruttaqrib. Saat itu, ketika seorang warga Mesir duduk berdampingan dengan seorang warga Iran atau Libanon atau Pakistan atau utusan negara-negara lainnya, dari Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali duduk mengitari meja di sisi pemeluk mazhab Imamiah dan Zaidiyah, dan terdengarlah suara-suara yang mengungkapkan keilmuan, tasawwuf dan fikih serta ruh persaudaraan, rasa persatuan, cinta dan kerjasama di dalam bidang ilmu dan irfan.” [15]
Syaikh Syaltut mengisyaratkan bahwa sebagian kalangan yang menyangka bahwa tujuan dari ide taqrib adalah menghapuskan mazhab atau menggabungkan satu mazhab dengan mazhab lainnya, beliau berkata:
“Orang-orang yang berpikiran sempitlah yang memerangi ide ini, sebagaimana kelompok lain yang memeranginya karena kepentingan. Tidak ada satu ummatpun yang tidak memiliki orang-orang seperti ini. Mereka yang melihat keberlangsungan dan kehidupannya ada di dalam perpecahan akan memerangi ide taqrib dan orang-orang berhati busuk, pemuja hawa nafsu dan mereka yang memiliki kecenderungan tertentu juga akan memeranginya. Mereka ini adalah orang-orang yang menjual penanya demi politik perpecahan! Politik yang memerangi setiap gerakan perbaikan baik secara langsung atau tidak langsung dan menghalangi setiap perbuatan yang dapat menimbulkan persatuan kaum muslimin.”
Sebelum saya menutup pembicaraan tentang al-Azhar, mari kita dengarkan fatwa yang dikeluarkan Syaikh Syaltut tentang mazhab Syiah. Dalam fatwa itu disebutkan:
“Mazhab Ja’fari yang terkenal dengan mazhab Syiah 12 Imam, adalah mazhab yang sama seperti mazhab Ahli Sunnah, beribadah dengan mazhab tersebut dibolehkan dalam syariat. Kaum muslimin harus mengetahui hal ini dan terbebas dari fanatisme yang salah berkaitan dengan mazhab tertentu, sebab agama dan syariat Allah tidak tergantung pada satu mazhab khusus atau terbatas pada satu mazhab saja. Karena semua telah berjtihad dan karena itu mereka diterima di sisi Allah.”[16]
Mari kita tinggalkan Jamaah Taqrib dan kita akan sampai pada pemikir-pemikir Islam yang tak terhingga, kita mulai dari Syaikh Muhamamd Ghazali, beliau berkata:
“Keyakinan (akidah) juga tidak bisa aman dari gigitan kerusushan sebagaimana yang dialami oleh politik dan pemerintahan, sebab syahwat-syahwat yang menginginkan keutamaan dan dominasi dengan paksaan telah memasukkan hal-hal lain dalam keyakinan, dan sejak saat itulah kaum muslimin terbagi menjadi dua bagian besar Syiah dan Sunni. Padahal kedua kelompok ini mengimani Allah yang esa dan kenabian Muhammad saw dan masing-masing tidak mempunyai kelebihan apapun dalam unsur-unsur akidah yang menyebabkan kekokohan agama dan menimbulkan kebebasan.[17]
Dalam lembar yang sama dalam bukunya, dia menambahkan:
“Meskipun dalam beberapa bagian hukum-hukum fikih saya memiliki pendapat yang bertentangan dengan Syiah, tetapi saya tidak yakin bahwa orang yang bertentangan pendapat dengan saya adalah orang berdosa. Posisi saya di hadapan sebagian pendapat fikih yang banyak diamalkan di kalangan Ahli Sunnah juga demikian.
Di bagian lain bukunya, dia berkata:
“Akhirnya, perpecahan antara Syiah dan Sunni mereka hubung-hubungkan dengan ushul akidah agar agama yang satu kembali terkoyak dan ummat yang satu bercabang menjadi dua bagian dan satu bagian mengintai bagian lainnya bahkan menantikan kematian bagian lainnya! Barang siapa yang membantu pengelompokan ini walau dengan dengan satu kata, maka dia akan masuk dalam ayat ini:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ [18]
Mereka yang memecah belah agama dan menjadi berkelompok- kelompok di dalamnya mereka itu bukan bagian darimu. Allah yang akan mengurus mereka dan akan menyadarkan mereka lewat siksaan dari apa yang mereka telah lakukan.
Ketahuilah bahwa mengkafirkan orang lain terlebih dahulu saat berdialog adalah mudah dan membuktikan kekafairan lawan bisa dilakukan di tengah hangatnya pembahasan lewat ucapan lawan sendiri.[19]
Kemudian, Syaikh Muhammad Ghazali kembali berkata:
“Dalam kedua kelompok, hubungan keduanya dengan Islam berdasarkan iman kepada kitabullah dan sunnah nabi dan secara mutlak sama-sama menyepakati ushul-ushul mayoritas agama. Jadi dalam furu dan syariat mereka menjadi bercabang-cabang. Mereka sepakat bahwa mujtahid akan mendapat pahala baik jika ijtihadnya benar atau salah. Ketika kita memasuki fikih praktis dan perbandingan, dan jika kita analisa antara pendapat ini dan itu, atau menilai mana hadis shahih dan dhaif, maka kita akan melihat bahwa jarak antara Syiah dan Sunni sama seperti jarak antara fikih mazhab Abu Hanifah, Maliki atau Syafii. Kita harus melihat sama semua orang yang mencari hakikat meski cara dan metode mereka berbeda-beda.”[20]
Dalam kitab Nazarat fil Qur’an, kita dapat melihat Syaikh Ghazali membawa salah satu ucapan ulama Syiah dan salah satu catatan pinggir kitab itu, Ghazali berkata:
“Dia adalah salah satu faqih dan sastrawan besar Syiah. Kita akan membahas semua ucapannya, sebab sebagian orang-orang yang belum matang pikirannya menyangka bahwa Syiah bukanlah Islam dan telah melenceng dari Islam. Dalam bab I’jaz akan disebutkan materi yang akan membuat kita lebih mengenal Syiah.”[21]
Dalam catatan pinggir dari salah satu halaman bukunya, ketika memperkenalkan seorang ulama lainnya (Hibbaddin Husaini Syahrestani) , Ghazali berkata:
“Dia adalah salah satu ualam besar Syiah dan kami sengaja membawa ringkasan ucapannya di sini agar pembaca muslim mengetahui dengan jelas ketinggian ilmu ulama ini tentang esensi I’jaz dan tingkat kesucian kitabullah di kalangan kaum Syiah.”[22]
Oleh karena itu, Syaikh Ghazali yang merupakan salah satu pemikir Ikhwanul Muslimin terpenting berbicara demikian tentang Syiah dan menyingkirkan seluruh dugaan sederhana sehingga nilai hakikat mampu menepis kegelapan karena kejahilan, dendam dan kebutuhan orang-orang yang berpikiran sempit.
DR. Subhi Shaleh—salah satu ulama terkenal Libanon—berkata: “Dalam hadis-hadis para Imam Syiah yang diriwayatkan tak lain adalah hadis-hadis yang sesuai sunnah Nabi.”[23] Kemudian dia menambah: “Sumber kedua syariat setelah kitabullah adalah sunnah Nabi yang memiliki kedudukan sangat tinggi di sisi mereka.”
Ustad Said Hawi—salah satu mantan pemimpin Ikhwanul Muslimin Suriah—ketika berbicara tentang bagian-bagian manajemen Darul Islam ketika diperluas dari bentuk federal berkata:
“Secara ilmiah, kondisi dunia Islam saat ini adalah bahwa Islam tersusun atas mazhab-mazhab fikih atau mazhab-mazhab akidah. Dan setiap mazhab berkuasa di daerah-daerah tertentu. Apakah ada uzur syar’i yang membuat hal ini menghalangi jalan untuk memperhatikan hal ini dalam pembagian manajemen? Jadi sebuah daerah yang memiliki satu bahasa harus memiliki satu kawasan pemerintahan. Setiap kawasan memilih sendiri pemimpinnya dan dalam saat yang sama kawasan ini masih berada di bawah pengawasan pemerintahan pusat.”[24]
Pengakuan jelas ini berasal dari salah satu pembesar Ikhwanul Muslimin saat ini tentang beragamnya mazhab misalnya Syiah yang tidak merusak Islam, masyarakat dan agama dan jika Syiah mendirikan Darul Islam, maka harus ada kawasan pemerintahan independen dan pemimpinnya.
DR. Mustafa Syaka’ah, salah satu peneliti muslim berkata:
“Mazhab Syiah Imamiah adalah syiah yang terkenal dan sedang hidup di tengah-tengah kita bahkan kita memiliki hubungan kasih sayang dengan mereka. Mereka juga berusaha mewujudkan pendekatan berbagai mazhab sebab intisari agama dan itu adalah satu dan asas agama yang kokoh. Dan agama tidak mengizinkan para pemeluknya menjauh satu sama lain.”[25]
Kemudian, tentang kelompok yang merupakan mayoritas penduduk Iran ini dan tentang keadilan mereka, berkata:
“Mereka lepas tangan dari ucapan-ucapan yang terucap dari berbagai firqah dan menganggapnya kufur dan sesat.”[26]
Syaikh mulia Imam Muhammad Abu Zuhrah dalam kitab Tarikh al-Mazhahibul Islamiyyah berkata: “Tidak bisa disangkal lagi bahwa Syiah adalah salah satu firqah Islam. Tentu saja kita harus memisahkan firqah Sabaiah yang yang mengakui Ali sebagai Tuhan dari Syiah (dan sudah jelas bahwa Sabaiyah adalah kafir di mata Syiah).[27] Dan tidak bisa diragukan lagi bahwa seluruh akidah Syiah berdasarkan nash al-Qur’an atau hadis-hadis yang dinisbahkan kepada Nabi.” Dia juga berkata:”Mereka menyayangi tetangganya yang sunni dan tidak menjauhi mereka.”[28]
DR. Abdulkarim Zaidan, salah satu pemimpin penting Ikhwanul Muslimin Irak menulis:
“Mazhab Ja’fari ada di Iran, Irak, India, Pakistan, Libanon dan Suriah atau negara-negara lainnya. Antara fikih Ja’fari dan mazhab lainnya tidak lebih dari perbedaan antar mazhab dengan mazhab lainnya.”[29]
Ustad Salim Bahansawi yang merupakan salah satu pemikir Ikhwan, dalam kitabnya yang penting السنة المفترى عليها membaha masalah ini dengan terperinci, dan ketika menjawab klaim orang-orang yang mengatakan bahwa Syiah memiliki Qur’an lain selain Qur’an kita, berkata:”Qur’an yang ada di kalangan Ahli Sunnah adalah Qur’an yang ada di masjid dan di rumah-rumah orang Syiah.”[30] Dia juga berkata: “Syiah Ja’fari (12 Imam) meyakini bahwa barang siapa yang mentahrif Quran yang turun kepada mereka dari awal Islam adalah kafir.[31]
Dia melanjutkan jawabannya kepada Muhibuddin Khatib dan Ihsan Ilahi Zahir tentang tahrif Qur’an dan membawakan risalah di halaman 68-75 dalam kitabnya yang mengandung pendapat mayoritas ulama dan mujtahid Syiah berkaitan klaim ini. Dan dia membawa ucapan Ayatullah Khui:”Apa yang sudah diketahui adalah bahwa tidak terjadi tahrif dalam Qur’an dan apa yang kita miliki, adalah Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad saw.”[32]
Dan dia menukil ucapan Syaikh Muhammad Ridha Muzaffar—ulama terkenal Syiah asal Irak: “Apa yang ada di tangan kita dan yang kita baca adalah Qur’an yang turun kepada Nabi. Dan barang siapa yang mengklaim hal selain ini adalah pembohong dan pembuat mughalathah. Ucapan mereka tentang tahrif Qur’an ini keluar telah dari jalan yang benar. لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ
Kemudian, dia juga menukil dari Kasyiful Ghita: “Semua meyakini dan berijma bahwa tidak ada kekurangan, tambahan dan tahrif dalam al-Qur’an.”
Tentu saja pendapat-pendapat lain masih banyak dalam halaman buku yang disebutkan di atas, jika berminat silahkan merujuk buku tersebut.
Berkaitan dengan sebagian riwayat tidak benar yang mungkin saja digunakan sebagian kalangan sebagai dalil, harus dikatakan bahwa hadis-hadis ini adalah tertolak. Hadis-hadis demikian juga ada di kalangan Ahli Sunnah dan mereka juga menolak hadis-hadis tersebut.”[33]
Tentang ishmat, Ustad Bahansawi berkata:
“Ishmat yang diingkari Ahli Sunnah tidak akan berakhir dengan pengkafiran satu sama lainnya jika kedua mazhab memahaminya sebagaimana yang dimaksud oleh mazhab 12 Imam. Sebab makna ishmat yang diakui oleh Syiah 12 Imam tidak termasuk sebagai hal-hal yang keluar dari agama dalam Ahli Sunnah. Pengingkaran ishmat adalah hal pandanagn dan pemikiran, sebab tidak ada dalam nash-nash yang yang diyakini oleh Ahli Sunnah. Dan sebagaimana sudah jelas, kekafiran hanya akan terjadi jika terjadi pengingkaran atas hal-hal yang pasti dalam Qur’an dan hadis dan si pengingkar juga mengetahui masalah ini. Jadi, jika si pengingkar tidak tahu atau meyakini ketidakshahihan riwayat maka dia tidak kafir meskipun kita tidak mengajukan dalil syar’i kepadanya.”[34]
Setelah Ustad Bahansawi, mari kita menuju Ustad Anwar Jundi dan kitabnya al-Islam wa Harikah Tarikh. Dia berkata:
“Sejarah Islam penuh dengan pertentangan dan perseteruan pikiran serta pertikaian politik antara Ahli Sunnah dan Syiah. Para agressor asing sejak Perang Salib sampai sekarang selalu berusaha memanfaatkan pertentangan ini dan memperdalam pengaruhnya agar persatuan dunia Islam tidak sempurna. Oleh karena itu, gerakan pro Barat dalam rangka memecah belah antara Ahli Sunnah dan Syiah menciptakan permusuhan di antara keduanya. Ahli Sunnah dan Syiah memahami bahwa ini adalah skenario, maka mereka pun berusaha mempersempit arena pertentangan.”[35]
Sekarang, apakah kita telah memahami bahwa siapa yang menciptakan fitnah ini? Siapa yang mengambil manfaat darinya? Apakah kita mengerti bahwa setan inilah yang mengajak kaum muslimin pada perpecahan dan pengkafiran satu sama lain, padahal perbedaan yang ada lebih sedikit dari apa yang dibayangkan oleh orang-orang yang tertipu oleh setan ini. Ustad Anwar Jundi kemudian berkata:
“Kenyataannya adalah bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak lebih dari perbedaan antara mazhab Sunni yang empat.”[36]
Supaya kita tidak menduga seperti ini bahwa Syiah dan Sunni secara umum adalah berbeda dan dalam sejarah mereka bukan termasuk ghuluw mari kita baca ungkapan Ustad Jundi: “Sudah selayaknya para peneliti berhati-hati dalam menyamakan Syiah dengan Ghulat. Para Imam Syiah sendiri menyerang Ghulat dan telah mengingatkan rekayasa para Ghulat.”[37]
Ustad Sami’ Athifuzzain, penulis kitab al-Islam wa Tsiqafatul Insan telah menulis sebuah buku berjudul al-Muslimun…Man Hum? (Siapakah Kaum Muslimin?) yang di dalamnya terdapat analisa posisi Sunni dan Syiah. Dalam mukaddimah kitabnya, dia menulis:
“Pembaca yang mulia, apa yang menyebabkan buku ini ditulis adalah dua pengelompokan buta yang saat ini muncul dalam masyarakat kita, khususnya di antara kaum muslimin Syiah dan Sunni yang semestinya terhapus dengan terhapusnya kejahilan. Tetapi sayangnya, hal ini terus berakar dalam hati-hati yang tidak sehat, sebab sumber pengelompokan ini adalah sekelompok orang yang berhasil menguasai dunia Islam lewat nifaq. Kelompok itu adalah musuh Islam yang tidak bisa hidup kecuali seperti lintah penghisap darah. Saudara-saudara Syiah dan Sunniku! Saya akan mengungkapkan hakikat penting tentang pemahaman Qur’an, Sunni dan Syiah kepada anda karena perbedaan ini hanya terletak pada pemahaman atas Qur’an dan Sunnah bukan pada asli Qur’an dan sunnah.”[38]
Ustad Sami’ Athifuzzain, di akhir bukunya berkata:
“Setelah kita mengetahui dalil terpenting yang membuat ummat mengalami badai, saya akan mengakhiri buku ini dengan ungkapan ini, bahwa kita sebagai muslimin khususnya dalam era ini memiliki kewajiban untuk menjawab penyelewengan mereka yang menjadikan mazhab-mazhab Islam sebagai alat untuk menyesatkan dan mempermainkan pikiran serta meningkatkan keraguan dan syak,” dan “kita harus menghilangkan ruh jelek perpecahan dan menutup jalan bagi mereka yang memperluas kekerasan dalam agama, agar kaum muslimin kembali bersatu seperti masa lalu, berkerja sama, saling mencintai, bukan berkelompok- kelompok, garang dan jauh satu sama lainnya” “mereka harus sabar meneladani khualafaur rasyidin yang salingbekerja sama”.[39]
Ustad Abul Hasan Nadawi menginginkan terciptanya kedekatan antara Syiah dan Sunni. Kepada Majalah al-I’tisham, dia berkata: “Jika hal ini terlaksana—yaitu kedekatan Sunni dan Syiah—akan terjadi sebuah revolusi yang tak ada tandingannya dalam sejarah baru pemikiran Islami.”[40]
Ustad Shabir Tha’imah berkata:
“Sudah selayaknya dikatakan bahwa antara Syiah dan Sunni tidak memiliki perbedaan dalam ushul. Sunni dan Syiah adalah muwahhid. Perbedaan hanya pada furu’ [fikih] yang sama saja seperti perbedaan fikih di antara mazhab yang empat (Syafii, Hanbali…). Mereka mengimani ushuluddin sebagaimana yang ada dalam Quran dan sunnah Nabi. Selain itu mereka juga mengimani apa yang harus diimani. Mereka juga mengimani bahwa seorang muslim yang keluar dari hukum-hukum penting agama, maka Islamnya tidak benar (bathil). Yang benar adalah bahwa Sunni dan Syiah, keduanya adalah mazhab dari beberapa mazhab Islam yang mengambil ilham dari kitabullah dan sunnah nabi.”[41]
Ulama-ulama Ushul Fiqh meyakini bahwa jika para mujtahid Syiah benar-benar tidak sepakat dalam satu hal, ijma (kesepakatan pendapat dalam hukum) tidak akan tercapai sebagaimana jika para mujtahid Ahli Sunnah tidak mencapai kesepakatan. Ustad Abdul Wahab Khalaf berkata:
“Dalam ijma’ ada empat rukun dan jika tidak tercapai ijma kecuali dengan adanya keempat rukun tersebut. Rukun kedua adalah bahwa semua mujtahid menyepakati sebuah hukum syar’i dari sebuah kejadian pada saat terjadi tanpa memandang negara, ras atau firqahnya. Jika dalam sebuah kejadian hanya mujtahid-mujtahid Haramain atau hanya mujtahid-mujtahid Irak atau hanya mujtahid-mujtahid Hijaz atau hanya mujtahid-mujtahid Ahli Bait, atau hanya mujtahid-mujtahid Ahli Sunnah menyepakati hukum tanpa kesepakatan mujtahid-mujtahid Syiah, maka dengan kesepakatan khusus ini secara syar’i tidak akan tercapai. Sebab ijma baru tercapai hanya dengan kesepakatan umum semua mujtahid dunia Islam dalam satu peristiwa dan ini tidak berlaku pada selain mujtahid.”[42]
Jika kesepakatan Syiah untuk tercapainya ijma diangap penting, maka apakah setelah ini Syiah juga tetap dianggap sebagai firqah sesat dan akan masuk neraka?!
Ustad Ahmad Ibrahim Beik yang merupakan guru Syaikh Syaltut, Syaikh Abu Zuhrah dan Syeikh Khalaf, dalam kitabnya علم اصول الفقه ويليه تاريخ التشريع الاسلامي dalam pembahasan khusus tentang sejarah Syiah, menuliskan:
“Syiah Imamiah adalah muslimin dan mengimani Allah, Nabi, Qur’an dan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Mazhab mereka banyak dianut di Iran.”[43]
Kemudian dia menambah:
“Di tengah-tengah Syiah, di masa lalu dan saat ini, telah muncul ulama-ulama besar dalam berbagai ilmu dan seni. Mereka memeliki pemikiran yang dalam dan pengetahuan yang luas. Kitab-kitab karangan mereka mempengaruhi ratusan ribu orang dan saya mengetahui mayoritas buku-buku tersebut.”[44]
Dalam catatan pinggir di dalam halam kitab tersebut, dia menulis: “Di kalangan orang-orang yang dinisbahkan sebagai Syiah juga terdapat (Ghulat) yang sebenarnya telah keluar dengan keyakinan yang dimilikinya dan mereka sendiri ditolak oleh Syiah Imamiah dan kelompok ghulat ini tidak dibiarkan begitu saja oleh Syiah.”
Setelah kesaksian yang banyak dari para ulama ini, saya ingin menunjukkan bahwa mereka yang berusaha mengulang kembali fatwa Ibnu Taimiyyah yang menentang Rafidhah—meliputi hampir semua firqah Syiah—dan berusaha mempermalukan Syiah 12 Imam dengan fatwa ini dan sebagai hasilnya mereka berusaha menentang Revolusi Islam, sesungguhnya mereka telah melakukan beberapa kesalahan penting:
1. Mereka tidak bertanya terlebih dahulu mengapa dalam sejarah Islam sebelum Ibnu Tayyimah, fatwa seperti ini tidak pernah ditemukan? Apalagi Ibnu Taimiyyah hidup pada abad ke-8 H yaitu 6 abad setelah kemunculan Syiah.
2. Mereka tidak mampu memahami jaman Ibnu Taimiyyah dan ketimpangan sosial masyarakat Islam ketika pihak luar menyerang Islam.
Dalam maraknya kebencian terhadap Revolusi Islam Iran—dan pengambilan sikap politik negatif terhadap Iran—mereka tidak berusaha untuk menganalisa apakah kata ‘Rafidhah’ sesuai untuk Syiah atau tidak?
Ustad Anwar al-Jundi dalam bukunya berkata: “Rafidhah bukan Sunni dan Syiah.”[45]
Imam Muhammad Abu Zuhrah dalam kitabnya tentang Ibnu Taimiyyah telah membahas sebagian firqah Syiah seperti Zaidiyah dan 12 Imam tanpa menyebut sedikit pun tentang sikap negatif Ibnu Taimiyyah. Tetapi ketika menyebutkan Ismailiyah, dia berkata: “Inilah firqah yang ditentang oleh Ibnu Taimiyyah. Ibnu Taimiyyah memeranginya dengan pena, lidah dan pedang.”[46] Maka, Imam Abu Zuhrah membicarakan masalah ini dengan terperinci ketika membahas tentang firqah ini—menurut pengakuannya—karena sikap negatif Ibnu Taimiyyah terhadap firqah ini.
Inilah sikap sebagian gerakan-gerakan dan pemimpin Islam terhadap masalah buatan berkaitan Syiah dan Sunni. Revolusi Islam Iran yang menyala sejak tahun 1978 M telah membangunkan ruh umat Islam dalam satu poros panjang dari Tanza sampai Jakarta. Dengan kemajuan Revolusi Islam, sebagian besar kaum muslimin mengharapkan kemenangan-kemenang an bercahaya seperti awal kemunculan Islam lewat Tehran dan Qom. Dengan kemajuan Revolusi Islam, sebagian besar kalangan mulai memihaknya, kalangan yang memperlihatkan kegembiraannya di jalanan Kairo , Damesyq, Karachi, Khurtum, Istanbul dan Baitul Muqaddas dan di mana saja yang yang ada kaum musliminnya.
Di Jerman Barat, Ustad Isham Atthar, salah satu pemimpin bersejarah gerakan Ikhwanul Muslimin yang terkenal dengan keikhlasan, jihad panjang dan kesucian, pria yang tak pernah tunduk terhadap pemerintah manapun dan tidak pernah dekat dengan istana raja manapun, telah menulis sebuah kitab yang lengkap tentang sejarah dan akar Revolusi Islam. Dia mendampingi Revolusi dan telah mengirim telegraf dengan maksud mengucapakan selamat dan dukungan kepada Imam Khomeini.
Ucapan atas pembelaannya terhadap Revolusi terekam dalam kaset dan tersebar dari tangan ke tangan para pemuda muslim. Dalam majalah ar-Raid yang dicetak di Jerman, dia juga mengakui dan menjelaskan tentang Revolusi Islam.
Di Sudan, sikap gerakan Ikhwanul Muslimin dan para pemuda muslim Universitas Khurtum adalah sikap yang paling menarik yang disaksikan oleh ibukota-ibukota negara-negara Islam, tempat di mana mereka melakukan demonstrasi. DR. Hasab Turabi, pemimpin gerakan Islami di Sudan yang terkenal kepiawaiannya dalam masalah budaya dan politik, telah mengunjungi Iran dan bertemu dengan Imam Khomeini dan menumumkan pembelaannya terhadap Revolusi Islam dan pemimpinnya.
Di Tunisia, majalah al-Ma’rifah, juga mendampingi Revolusi. Majalah itu mengucapkan selamat atas kemenangan Revolusi dan mengajak semua umat untuk menolongnya. Peristiwa ini sangat hangat sampai-sampai Ustade Rasyid Ghanushi pimpinan gerakan Islam Tunisia mengusulkan Imam Khomeini sebagai Imam Kaum Muslimin dalam sebuah makalah di majalah tersebut yang di kemudian hari menjadi penyebab pemberdelan majalah dan penawanan para pemimpin gerakan oleh pemerintah.
Ustad Ghanushi meyakini bahwa kecenderungan keislaman kontemporer “telah mengalami kristalisasi dan bentuk paling jelas Imam al-Banna, Maududi, Quthb dan Imam Khomeini yang merupakan wakil dan pemimpin kecenderungan Islami paling penting dalam gerakan Islam kontemporer.”[47]
Dia juga menjelaskan: “Dengan kemenangan Revolusi di Iran, Islam telah memulai sebuah tahapan organisnya.”[48] Dalam bukunya yang berjudul, Apa Maksud Kita dalam Istilah Gerakan Islami, dia berkata: “Ikhwanul Muslimin di Mesir, Jama’ah Islami di Pakistan dan gerakan Imam Khomeini di Iran.”[49]
Dia juga berkata: “Di Iran, telah dimulai sebuah proses yang bisa jadi merupakan sebuah gerakan terpenting yang akan menyelamatkan seluruh kawasan dan kebebasan Islam dari cengkeraman pemerintahan- pemerintahan yang selalu berusaha menggunakan cengkeramannya menentang gelombang Revolusi di kawasan.”[50]
Di Libanon, dukungan gerakan Islami terhadap Revolusi lebih jelas dan dalam. Ustad Fathi Yakan, pemimpin gerakan Islami dan majalah terkenalnya al-Aman telah memilih sikap islami dan berharga berkenaan Revolusi Islam. Ustad Yakan telah berkali-kali mengunjungi Iran, menghadiri berbagai perayaan dan telah mendukung Revolusi lewat ceramah-ceramahnya.
Di Yordania, Ustad Muhammad Abdurrahman Khalifah, Sekjen Ikhwanul Muslimin sebelum dan sesudah mengunjungi Iran, menyatakan dukungannya terhadap Revolusi Islam, demikian juga Ibrahim Zaidkilani yang meminta Raja Husain mundur! Dan Ustad Yusuf al-Azm yang syair terkenalnya telah diterbitkan dalam majalah al-Aman telah mengajak ummat berbait kepada Imam Khomeini di dalam syairnya. Di akhir syairnya dia berkata:
Salam atas Khomeini, pemimpin kami…
Penghancur istana kezaliman, tidak takut pada api
Kami berikan darah dan medali padanya
Kami akan maju
Mengalahkan kekufuran
Meninggalkan kegelapan
Agar dunia kembali terang dan damai.[51]
Di Mesir, majalah-majalah gerakan Islami seperti ad-Da’wah, al-I’tisham wal Mukhtarul Islam juga mendampingi Revolusi dan mengakui keislaman Revolusi serta membela pemimpinnya. Ketika serangan Saddam ke Iran dimulai, di sampul depan majalahnya al-I’tisham menulis: “رفيق تكريتي .. شاگرد ميشل عفلق kembali ingin menegakkan Qadisiah (nama sebuah kota kuno di Irak) baru di Iran !.”[52]
Dalam edisi yang sama, al-Itisham menulis makalah dengan judul “Ketakutan akan Meluasnya Revolusi Islam di Irak” dan menyatakan: “Saddam Husein menyakini bahwa masa perubahan tentara Iran dari tentara Syah ke tentara Islam adalah sebuah kesempatan emas dan tidak akan terulang! untuk menghancurkan tentara dan revolusi ini, sebelum para komandan dan tentara ini berubah menjadi sebuah kekuatan yang tidak terkalahkan di bawah ideologi Islami.”[53]
Ustad Jabir Rizq, salah satu wartawan terkenal Ikhwanul Muslimin dalam al-I’tisham, ketika menuliskan faktor-faktor penyebab perang menulis: “Bersamaan dengan maraknya api peperangan, semua skenario Amerika menentang Iran mengalami kegagalan.”[54]
Dia juga menambahkan: “Saddam Husein lupa bahwa dia akan memerangi sebuah negara yang jumlah penduduknya 4 kali penduduk Irak dan negara ini adalah satu-satunya negara yang mempu berevolusi menentang imprealisme salibi-Yahudi.”[55]
Selanjutnya dia menambah:
“Rakyar Iran bersama seluruh instansi terkaitnya siap untuk berperang sampai mereka meraih kemenangan dan bisa menghancurkan rezim haus darah Bats. Kekuatan rohani sedemikian rupa di kalangan rakyat Iran tidak pernah ditemukan sebelumnya. Keinginan mati syahid menjelma menjadi sebuah perlombaan dan pekerjaan yang ingin didahulukan. Rakyat Iran sangat yakin bahwa kemenangan pasti akan berada di tangan Iran.”
Ustad Jabir Rizq menjelaskan bahwa tujuan penjajah melakukan perang adalah kehancuran Revolusi. Dia menulis: “Dengan kehancuran sistem Revolusi Iran maka bahaya yang mengancam bentuk-bentuk taghut ini juga akan hilang. Mereka menggigil membayangkan kemungkinan revolusi berbagai negara lainnya dalam menentang mereka serta kehancuran mereka lewat cara yang sama yang dilakukan rakyat muslim Iran saat menghancurkan Syah.”
Dan kemudian, di akhir makalah dia menulis: “Tetapi Hizbullah telah menang, jihad dan syahadat tidak akan dihindari,
و لينصرنَّ الله من ينصره ان الله لقوي عزيز. “
Jadi, initi perang adalah hal ini bukan sebagaimana yang didengungkan oleh Saudi dan sebagian kalangan lugu yang tidak paham apa yang sedang terjadi di dunia dan berkata: Iran adalah Syiah dan ingin menghancurkan sistem Sunni di Irak! Kejahilan dan kebutaan ini sangat menyedihkan! Dan betapa besar pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang yang menanamkan kejahilan dan kebencian di dalam hati ummat?!
Al-I’tisham di salah satu majalahnya membuat judul: “Revolusi yang memperbaharui perhitungan dan mengguncang kestabilan”[56] dan dalam edisi ini dia mengajukan pertanyaan: “Mengapa Revolusi Iran merupakan revolusi terbesar di era kontemporer?”[57]
Di akhir makalah yang sengaja ditulis untuk memperingati ulang tahun kedua Revolusi Islam, penulis sembari menulis tentang kekuatan tentara Syah dan peralatan yang digunakan untuk menghancurkannya, menambahkan: “Revolusi Iran akhirnya menang setelah mengalirkan darah ribuan orang dan dengan dengan aktivitas, hasil positif dan pengaruhnya, Revolusi mampu mengubah perhitungan dan mengguncang kestabilan serta merupakan revolusi terbesar dalam sejarah kontemporer.”
Mari kita lihat sikap Ikhwanul Muslimin Mesir ketika terjadi krisis penawanan mata-mata yang mengeluarkan dan mengirimkan pengumuman kepada semua pemimpin gerakan-gerakan Islam di seluruh dunia:
“Jika masalah hanyalah terkait dengan Iran, manusia bisa menerima sebuah jalan tengah setelah memahami kondisi yang ada, tetapi Islam dan kaum muslimin yang berada di mana saja bertanggung jawab dan menanggung amanat atas pemerintahan Islam, pemerintahan yang pada abad 20 telah menang dengan mengorbankan darah rakyatnya demi menegakkan pemerintahan Ilahi menentang pemerintahan otoriter, imperialis dan zionisme.”
Pengumuman tersebut juga menyinggung pandangan Revolusi Iran kepada mereka yang berusaha melemahkan Revolusi dan berkata bahwa mereka itu tidak akan terlepas dari 4 kondisi ini:
“Apakah seorang muslim yang tidak mampu memahami jaman topan Islam dan masih mengalami era ketundukan. Dia harus memohon ampun kepada Allah dan berusaha menyempurnakan kekurangan pengetahuannya tentang makna jihad dan kemuliaan Islam. Ataukah dia adalah boneka yang menjadi perantara pemenuhan kebutuhan musuh-musuh Islam meski harus dengan cara merugikan Islam tapi pada saat yang sama malah menyerukan persaudaraan dan pentingnya menjaga persaudaraan. Ataukah seorang muslimin lemah yang tidak memiliki pendapat dan keinginan, dan harus digerakkan oleh orang lain. Ataukah dia seorang munafik yang sedang memainkan tipudaya!”
Saat serangan Saddam ke Iran dimulai, Divisi Internasional Ikhwanul Muslimin juga mengeluarkan pengumuman yang ditujukan kepada rakyat Irak dan menyerang partai Bats Kafir (sesuai ungkapan pengumuman):
“Perang ini bukanlah perang membebaskan kaum lemah, wanita dan anaka-anak tidak berdaya dan tidak akan ada hasilnya. Rakyat muslim Iran sendiri telah membebaskan dirinya dari kezaliman imperialis Amerika dan Zionis lewat jihad herois dan revolusi mendasar yang sangat istimewa di bawah pimpinan seorang Imam yang tidak diragukan lagi adalah merupakan sumber kebanggaan Islam dan kaum muslimin.”
Di akhir pengumuman, seruan ditujukan kepada rakyat Irak: “Hancurkanlah penguasa jahat kalian. Tidak ada kesempatan yang lebih baik dari ini. Letakkan senjata-senjata anda ke tanah dan bergabunglah dengan Revolusi. Revolusi Islam adalah revolusi anda semua.”
Sikap Jamaah Islam Pakistan terjelma dalam fatwa Maulana Abul A’la Maududi yang dicetak dalam majalah ad-Da’wah saat menjawab pertanyaan majalah tentang revolusi Islam Iran. Faqih mujtahid yang diakui oleh semua gerakan Islam sebagai salah satu tokoh gerakan yang terkenal di jamannya, berkata:
“Revolusi Imam Khomeini adalah sebuah revolusi Islam dan pelakunya adalah jamaah Islam dan para pemuda yang tumbuh dalam pangkuan tarbiyah Islam. Dan wajib bagi kaum muslimin secara umum dan gerakan-gerakan Islami secara khusus untuk mengakui dan bekerja sama dengan Revolusi ini dalam segala bidang.”[58]
Oleh karena itu, hal ini adalah sebuah sikap syar’i berkaitan dengan Revolusi dan sebagaimana yang dikemukakan Maududi, jika kita ingin setia pada Islam maka mengakui dan bekerja sama dengan Revolusi adalah wajib. Memusuhi Revolusi dan menjalankan perang Salibi menentangnya, (yang dilakukan siapa?) yang dilakukan oleh kelompok-kelompok hanya digambarkan sebagai bagian dari gerakan Islam adalah pekerjaan salah di mata syar’i dan bertentangan dengan fatwa para mujtahid besar.
Sebelum kita tinggalkan Maududi, saya akan sampaikan bahwa suatu hari seorang pemuda berkata kepada saya tentang penarikan fatwa Abul A’la yang dilakukannya sendiri. Saya kaget mendengar ucapan pemuda berhati baik ini yang mengutip ucapan tersebut dari orang lain dan orang tersebut juga menukilnya dari sumber terpercaya! Tetapi keheranan saya segera hilang ketika saya lihat ada tangan-tangan kotor di balik lelucon tak berharga ini. Siapakah yang menyebarkan peristiwa penarikan fatwa faqih mujtahid tersebut? Apakah tidak selayaknya hal itu diberitakan oleh ad-Da’wah? Tetapi ad-Da’wah dan yang lainnya tidak melakukannya dan tidak akan melakukannya.
Orang pertama yang mengetahui hal ini adalah orang yang menciptakan lelucon itu dan seperti biasanya adalah ‘orang-orang terpecaya’ dari gerakan Islami hari ini! Tetapi poin aneh dalam hal ini adalah bahwa orang terpercaya itu sendiri tidak mengetahui hal ini bahwa sebulan setelah Abul A’la Maududi mengeluarkan fatwa tersebut, dia telah kembali ke alam baka.
Dan sikap al-Azhar lewat mantan Syaikh al-Azhar, dalam wawancara dengan majalah as-Saryqul Ausath mengatakan: “Imam Khomeini adalah saudara muslim dan seorang muslim yang jujur.” Kemudian menambahkan: “Kaum muslimin adalah bersaudara meski berlainan mazhab dan Imam Khomeini berdiri di bawah bendera Islam, sebagaimana saya berdiri di bawahnya.”[59]
Ustad Fathi Yakan, di akhir kitabnya yang berputar dari tangan ke tangan para pemuda gerakan Islam, ketika menganalisa skenario imperialis dan kekuatan internasional yang menentang Islam, berkata:
“Sejarah menjadi saksi ucapan-ucapan kami. Dan Revolusi Islam Iranlah yang membuat seluruh kekuatan kufr dunia bangkit demi menghancurkan janin Revolusi itu dan itu dikarenakan Revolusi ini adalah Islami, tidak Timur dan tidak Barat.”[60]
Nah, para pemuda Islam saat ini mendengarkan siapa? Mendengarkan Abul A’la Maududi dan Ustad Fathi Yakan atau orang-orang biasa, atau pengklaim Islam atau malah para pemiliki kepentingan?
Bukti terakhir yang ada di tangan kita adalah ucapan yang tertera dalam majalah ad-Da’wah yang saat ini terbit di Yunani, dunia saat ini dapat menyaksikan kebangkitan integral Islam yang merupakan pengaruh dari Revolusi Islam Iran—dalam proses naik turunnya—yang mampu menggulingkan musuh terbesar, terlama dan terganas Islam dan kaum muslimin.”[61]
Oleh karena itu, majalah ad-Da’wah menganggap Revolusi Iran sebagai Revolusi Islam dan memberikan pengaruh integral sebagaimana yang telah kami kemukakan di awal makalah.
Berkaitan proses naik dan turunnya Revolusi, harus saya katakan bahwa hal ini tak lain adalah usaha para penjajah yang berusaha mempengaruhi jalannya gerakan Revolusi. Dan kaum muslimin wajib menghilangkan usaha kaum penjajah tersebut.
Ini adalah sikap para ulama dan pemikir dalam gerakan Islam Sunni. Mari kita dengarkan ucapan Imam Khomeini ketika beliau sampai di Paris saat menjawab pertanyaan tentang azas Revolusi. Beliau berkata:
“Faktor yang telah membagi kaum muslimin menjadi Sunni dan Syiah di masa lalu, sekarang tidak ada lagi. Kita semua adalah mulimin dan Revolusi ini adalah Revolusi Islam. Kita semua adalah saudara se-Islam.”
Dalam kitab al-Harakatul Islamiyyah Wattahdis, Ustad Ghanushi mengutip ucapan Imam Khomeini: “Kami ingin agar Islam berkuasa sebagaimana yang telah diwahyukan kepada Rasulullah saw. Tidak ada beda antara Sunni dan Syiah, sebab pada jaman Rasulullah saw tidak terdapat mazhab-mazhab.”
Dalam Konfernsi ke-14 ملتقي الفكر الاسلامي tentang Pemikiran Islam yang diselenggerakan di al-Jazair, Sayyid Hadi Khosrushahi, wakil Imam Khomeini berkata:
“Saudaraku semua! Musuh-musuh kita tidak membedakan Sunni dan Syiah. Mereka hanya mau menghancurkan Islam sebagai sebuah ideologi dunia. Oleh karena itu, segala kerja sama dan langkah demi menciptakan perbedaan dan pertentangan antara muslimin dengan tema Syiah dan Sunni berarti bekerja sama dengan kufr dan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Berdasarkan hal ini, fatwa Imam Khomeini adalah Pertentangan adalah haram dan pertentangan harus dihapuskan.”
Apakah setelah ini kita mampu memahami intisari Revolusi, tugas-tugas sejarah dan kewajiban-kewajiban Ilahiah? Sekali lagi bahwa, Islam kembali hidup dalam pertarungan dengan colesy kontemporer Barat. Pendukung Islam Iran saat ini—di samping semua kaum muslimin yang sadar dan setia—telah mengibarkan bendera kehidupan baru demi mewujudkan kemenagna Islam di dunia dan demia mewujudkan tujuan akhir kehidupan—keridhaan Allah swt.
Akhirul kalam, mari kita dengan mengikuti ucapan pemikir Mesir, Amsihi dan Marksist Ghali Syukri, yang menjelaskan sebagian tugas Ilahiah dalam serangan kepada Revolusi Islam. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh Dirasatu Arabiyyah dan majalah al-Bidrul Siyasi cetakan Quds menukilnya, Ghali menulis: “Salah satu keajaiban di zaman kita yang cukup jelas bagi semua orang adalah para pemikir yang dalam sejarah terkenal sebagai pemikir Marxisme telah berubah menjadi pendukung Islam murni hanya dalam sekejap mata. Para pemikir yang tergantung pada Barat telah berubah menjadi orang Timur yang taasub tanpa syarat apa pun.
Demikianlah, di bawah bendera Imam Khomeini telah berkumpul sekelompok pemikir Arab dengan alasan pembaruan pendapat dalam hal-hal yang sudah jelas, dengan alasan kembali pada asli setelah keterasingan yang lama dan terpengaruh Barat serta dengan alasan kekalahan memalukan Marxisme, Laisme, Liberalisme dan Nasionalisme.”
Ucapan Ghali Syukri selesai. Tetapi pada hakikatnya, meskipun dia menyerang dan menghina gelombang pro Khomeini, dia telah mempu memahami intisari Revolusi Islam lebih dari para ulama Islam lainnya!
Akhirnya, saya akan mengulangi ucapan Imam Khomeini yang telah beliau sampaikan dalam khutbah 17 tahun lalu (Jumadil Awal 1384 H):
“Tangan-tangan kotor yang telah menciptakan pertentangan di dunia Islam antara Sunni dan Syiah bukan Sunni dan Syiah. Mereka adalah tangan-tangan imperialis yang ingin berkuasa di negara-negara Islam. Mereka adalah pemerintahan- pemerintahan yang ingin merampok kekayaan rakyat kita denganberbagai tipuan dan alat dan menciptakan pertentangan dengan nama Syiah dan Sunni.”[islammuhamamadi/ mt/taghrib]
Oleh: DR. Izzuddin Ibrahim.
Kairo.
Alih bahasa M Turkan
[1] Silahkan lihat kitab Asasut Taqaqaddum ‘Inda Mufkiril Islam fil ‘Alamil ‘Arabil Hadis (Asas-Asas Utama dalam Pandangan Para Pemikir Kontemporer Dunia Barat).
[2] Al-Wahdatul Islamiyyah, cetakan Beirut, hal. 7.
[3] Limaza Ightaila Hasan al-Banna, cetakan pertama, Darul I’tisham, hal. 32, dikutip oleh buku Assanatul Muftara ‘Alaiha, cetakan Kairo, hal. 57.
[4] Ibid, hal. 57.
[5] Kitab bersejarah ini telah saya terjemah dan telah dicetak oleh Yayasan Ittila’at.
[6] Kabural Harikatul Islamiah Fil ‘Asril Hadis, DR. Muhammad Ali Dhanawi, cetakan Mesir, hal. 150.
[7] Al-Mausu’atul Harakiyyah, karya Ustad Fathi Yakan, cetakan Beirut, hal. 163
[8] Qur’an Majid, surah Shaffat, ayat 171-173.
[9] Al-Islam, Fikrah wa Harikah wa Inqilab, Fathi Yakan, cetakan Beirut, hal. 56.
[10] Al-Muslimun, tahun kelima, nomor perdana, cetakan Dameys, bulan April 1956, hal. 73.
[11] Ibid, hal. 76. (*) dalam tanggal penulisan pembahsan ini, dia berada di dalam penjara dan saat ini memimpin gerakan Islami Yaman.
[12] Ketika tulisan ini ditulis, dia sedang mendekam di dalam penjara. Namun setelah bebas ia menjadi pemimpin Harakah Islamiyah di Yaman
[13] Al-Wahdatul Islamiyyah, hal. 20.
[14] Ibid, hal. 23.
[15] Ibid, hal. 24.
[16] Silahkan rujuk teks asli fatwa Syaikh Syaltut, dalam bagian bukti-bukti.
[17] Kaifa Nafhamul Islam, hal. 142.
[18] Qur’an Majid, surah al-An’am, ayat 159.
[19] Kaifa Nafhamul Islam, hal. 143.
[20] Ibid, hal. 144 dan 145.
[21] Nazaraat Fil Qur’an, cetakan Mesir, catatan pinggir, hal. 79.
[22] Ibid, catatan pinggir hal. 158.
[23] Ma’alimusy Syariatul Islamiyyah, cetakan Beirut, hal. 52.
[24] Al-Islam, jilid 2, hal. 165.
[25] Islam Bilaa Mazhab, hal. 182.
[26] Ibid, hal. 187.
[27] Silahkan rujuk kitab Abdullah bin Saba’, Bainal Waqi’ wal Khayal, karangan saya yang dicetak oleh Organisasi Internasional Pendekatan Mazhab-Mazhab Islami di Tehran, agar masalah sabaiyyah menjadi jelas—penerjemah.
[28] Tarikhul Mazahibul Islamiyyah, hal. 52.
[29] Al-Madkhal Lidarasatisy Syariatul Islamiyyah, hal. 128.
[30] Assanatul Muftara ‘Alaiha, hal. 60.
[31] Ibid, hal. 263.
[32] Ibid, hal. 60.
[33] Ibid, hal. 74.
[34] Al-Islam wa Harikatut Tarikh, hal. 42.
[35] Ibid, hal. 61.
[36] Ibid, hal. 421.
[37] Ibid.
[38] AL-Muslimun…Min Hum? Mukaddimah, hal. 9.
[39] Ibid, hal. 98-99.
[40] Al-I’tisham, cetakan Mesir tertanggal Muharram 1358 H.
[41] Tahdidat Imamul ‘Arubah wal Islam, hal. 208.
[42] ‘Ilmu Ushulul Fiqh, cetakan 14, hal. 46.
[43] ‘Ilmu Ushulul Fiqh wa Yalihu Tarikhut Tasyri’ul Islami, cetakan Mesir, Darul Anshar, pembahasan khusus ‘Tasyri’, hal. 21.
[44] Ibid, hal. 22.
[45] Al-Islam wa Harikatut Tarikh, hal. 242.
[46] Ibnu Tayyimah, karangan Muhammad Abu Zuhreh, hal. 170.
[47] Al-Harikatul Islamiyyah wat Tahdis, Rasyid Ghanawasyi-Hasan Turabi, hal. 16.
[48] Ibid, hal. 17.
[49] Ibid.
[50] Ibid, hal. 24.
[51] بالخميني زعيماً وامـــــام هدّ صرح الظلم لا يخشى الحمام
قد منحناه وشاحا و وســام مــن دمانــا ومضينا للأمـــــام
نهزم الشرك ونجتاج الظلام ليعــود الكـــون نــــوراً وسلام
[52] Al-I’tisham, edisi Zul Hijjah 1400 H, Oktober 1980.
[53] Ibid, hal. 10.
[54] Al-I’tisham, edisi Muharram 1401 H, Desember 1980, hal. 36.
[55] Ibid, hal. 30.
[56] Al-I’tisham, edisi Safar 1401 H, 1981 Masehi.
[57] Ibid, hal. 39.
[58] Majalah ad-Da’wah, Mesir, No. 29, Agustus 1979.
[59] Asy-Syarqul Ausath, cetakan London-Jeddah, No. 762, hal. 4.
[60] Abjadiyyatut Tasawwurul Haraki lil ‘Amalil Islami, hal. 48.
[61] Majalah bulanan ad-Da’wah, cetakan Wina, No. 72, hal. 20, tertanggal Rajab, 1402 H, 1982 M.

Pages

Daftar Blog Saya

  • BERFIKIRLAH SEBELUM BERBUAT MAKSIAT - Seorang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham rahimahullah, Dia berkata: “Ya Aba Ishaq, aku sering berbuat maksiat. Katakan sesuatu kepadaku sebagai ...
    13 tahun yang lalu
  • - الحمد لله الذى أنزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيراً.. والصلاة والسلام على محمد بن عبد الله، الذى أرسله ربه شاهداً ومبشراً ونذيراً، وداعياً إلى الله...
    14 tahun yang lalu