Adalah Salman Al-Farisi yang hidup di negeri Persia. Ketika mendengar bahawa di Makkah ada seorang nabi bernama Muhammad yang membawa agama Islam, langsung muncul hasrat untuk mengetahui tentang agama baru itu. Padahal, waktu itu Nabi Muhammad saw. hidup bagai orang asing di tengah-tengah kaum yang mengingkari risalahnya, bahkan memerangi dan menyakitinya. Tetapi semua ini tidak menyurutkan niat Salman. la bersegera menuju Makkah dan terus menyu-suri jalan guna mencari tahu mengenai nabi baru ltu.
Sesampainya di Makkah, ia menuju Baitul Haram untuk mencari penginapan hingga mendekatkannya mencapai tujuan. Sudan menjadi tradisi penduduk Makkah,—kerana kedermawanannya—menjamu setiap tamu yang datang ke rumahnya selama 3 hari. Ternyata kedatangan Salman ini di ketahui oleh Ali bin Abi Thalib, yang langsung mendakwahinya sebelum diambil orang lain. Hal ini kerana Ali, sebagai seorang da'i, sedang mencari pendukung dakwah Muhammad saw. Dengan motivasi yang kuat dan kesadaran tentang pen-tingnya meraih hati yang baru, maka beliau segera memanfaatkan peluang ini agar tidak lepas dari genggaman. Selanjutnya, Salman tinggal di rumah Ali bin Abi Thalib. Di tengah-tengah pelayanan yang diberikan Ali, Salman menangkap beberapa perilaku akhlak dan muamalah yang "aneh dan baru". Barangkali ini muncul dari sumber kenabian dan aliran agama baru. Lalu Ali bin Abi Thalib juga menangkap apa yang terlintas dalam benak Salman dan tanda-tanda respon serta kemantapannya.
Mata telah melihat, hati berbicara, perasaan berkobar, maka terjalinlah keterbukaan, terus terang, dan "jabat tangan". Dilanjutkan dengan pernyataan keislaman yang —di kemudian hari— menghantarkannya menjadi sahabat yang menorehkan tinta emas sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar